Sunday, November 26, 2023

Mau kemana?

Mulai jengkel dengan blog yang satunya. Padahal dulu, itu blog favorit saya, tampilannya bagus, banyak pilihan tema, pokoknya menyenangkan. Sekarang seperti mendesak untuk naik ke Premium. Lalu storage dibatasi, artinya kalau storage habis, ya harus berbayar. Eh, lho, sebelum storage habis, lebih baik saya pindah lagi ke sini deh. Dimana pun, sangat gak suka diatur-atur dan dikondisikan untuk membayar, kecuali kalau memang sudah profesional di bidang itu, atau saya mendapat kompensasi dari yang sudah saya bayarkan. 
Kemarin² mencoba kembali ke Tumblr, juga ada kekurangan untuk ngeblog, karena ga ada insightnya.
Sana sini harus bayar, media sosial juga mengkondisikan untuk membayar iklan. Demikianlah. 
Jadi kalau hanya untuk sekadar main² dan iseng² belaka, sayang uang buat bayar iklan, blog dibuat premium dll. 
Maka, harus jelas tujuannya, goalnya, agar tidak hanya mempefoleh pencapaian likes dan followers yang banyak. Malu hati kepada pak Fahruddin Faiz yang bijak itu, yang pernah menyampaikan: "Lalu, setelah Anda mendapatkan semua itu, setelah punya ponsel termahal, setelah membeli segala yang sedang trend, terus Anda mau apa?"
Iya. Mau apa? Mau kemana? Dapat apa? Tujuannya berhenti sampai disana? Kok seperti ada yang hilang, ada yang kurang. Jadi, hanya lari² jungkir balik bikin konten untuk mendapat likes ratusan ribuan puluhan ribu (dan katanya sekarang bisa dibeli pula).
Saya harus mengkaji ulang tujuan, supaya gak melenceng dari jalurnya, agar tetap berada di tracknya. Quo vadis? 
Mohon dibedakan ya sis, antara tujuan akhir, dan bonus² yang diperoleh sepanjang jalan. 
Luruskan niat dan tujuanmu, maka engkau akan mendapatkan bonus² sepanjang jalan menuju tujuan. Jangan dibalik, tujuannya cuma untuk meraih bonus di sepanjang perjalanan, tapi tak pernah sampai ke tujuan akhir. Itu ngaco namanya. Sungguh ngawur. 

Wednesday, February 1, 2023

Grup Whatsapp Supportif

Setelah sekian puluh purnama, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ngeblog. Gak ada kerjaan, di tengah keriuhan orang main TikTok yang membahana itu, saya kok malah back to my quite place. Iya, kembali ke sudutku sunyi yang dulu begitu saya nikmati karena keheningannya. Asik aja gitu, ngetik lagi di laptop (catat, ternyata saya belum lupa pelajaran ngetik 10 jari tahun 1990-an dulu), bener-bener nulis dan bukan sekadar memainkan ibu jari di ponsel. 

Kenapa kembali, mbak? Gak apa-apa, karena saya teringat bahwa saya pernah punya dua blog, satu blogspot dan satu lagi wordpress. Yang wordpress akan digunakan untuk karya foto saja, dan yang ini kan sayang, udah dibuat malah disia-siakan. Ya sudah, mari kita hidupkan kembali.
Alasan lainnya, karena saya berada di satu grup Whatsapp yang keren, yang sering memberi info bermanfaat, termasuk info tentang blog. Salah satu teman yang paling aktif di grup itu memberi banyak info, dan mendorong untuk ngeblog lagi.

Menurutku, bagusnya grup Whatsapp komunitas tuh begitu. Aktif membahas dan memberi info tentang berbagai hal bermanfaat, yang tidak ada kaitannya dengan politik dan sara. Ini membuat betah penghuni grup tersebut, sehingga gak buru-buru left grup karena sepi.

Setidaknya, grup ini sudah membuat salah satu membernya berkeinginan untuk kembali menulis. Gak pernah ada kata terlambat meskipun sudah bertahun-tahun gak diisi. Biarin aja. Nulis itu yang penting hepi, bukan kejar tayang dengan alasan yang entah apa.

Semoga bisa berkelanjutan menulis, menuangkan apa pun yang ada di benak, cerita harian, tentang pengalaman, saat berjalan, saat di rumah, saat memberi makan kucing, saat merawat tanaman, saat menyapu dedaunan kering yang beterbangan dari pohon besar dan jatuh di halaman rumah. Apa saja, yang bisa diceritakan.

Sunday, April 30, 2017

Prioritas

Pertemuan blogger di Bandung, dan dengan santainya saya hadir, cuek bebek sebebek bebeknya. Helooow, masih berani menyebut diri blogger? Sering update, darling? Sering diisi nggak blog-nya? Kok sedemikian percaya diri dan yakin bahwa dirimu blogger?
Yaaaah, gak papa lah, namanya juga usaha, diakui sebagai blogger alhamdulillah, tidak diakui ya sudah. Lagi pula sesungguhnya orang tidak perduli kok, yang  feeling guilty kan itu saya sendiri. Merasa bersalah karena telah menterlantarkan blog ini sedemikian lama tanpa postingan apapun, tanpa berita, lalu dengan semena-mena melompat dan bergembira ria di Instagram yang heboh itu.

Tuesday, November 29, 2016

Pulau Menjangan, Sisi Lain Wisata di Bali



Menjelang akhir tahun, banyak orang sudah memikirkan liburan dan rencana traveling. Tak heran jika pencarian tiket pesawat dan hotel via internet meningkat, karena para traveler sudah bersiap untuk mencari transportasi dan akomodasi. Selain tiket pesawat dan hotel, hal lainnya yang juga banyak dicari oleh traveler menjelang liburan akhir tahun adalah obyek wisata.
Lokasi tempat wisata biasanya menjadi salah satu pertimbangan bagi para traveler. selain mempertimbangkan lama waktu liburan dan jarak lokasi wisata dengan tempat tinggal. Jika libur panjang seperti  liburan akhir tahun, banyak orang memilih berlibur ke daerah yang lebih jauh dibandingkan dengan liburan singkat di akhir pekan.
Salah satu daerah yang menjadi favorit dan paling populer untuk liburan akhir tahun adalah Pulau Bali. Pulau yang juga dijuluki sebagai Pulau Dewata ini merupakan surga wisata bagi traveler, bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga mancanegara. Berlibur ke Bali identik dengan Pantai. Pulau Bali memang terkenal dengan pantai-pantainya yang indah dan eksotis.

Pantai Dreamland via anekawisata.com

Jika Anda ingin menikmati sunset, Pantai Kuta lah yang paling tepat untuk Anda kunjungi. Namun, jika Anda ingin mengunjungi pantai yang bersih dan suasana yang tenang, Anda perlu berkunjung ke Pantai Nusa Dua. Pantai ini merupakan pantai terbersih di Pulau Bali. Masih banyak pantai-pantai lainnya di Pulai Bali yang tidak kalah eksotis, seperti Pantai Seminyak, Pantai Dreamland, Pantai Karma Kandara, dan lain-lain.
Wisata di Bali bukan hanya Pantai. Masih banyak obyek wisata menarik lainnya di Bali yang mungkin menggambarkan sisi lain dari Pulau Bali. Jika selama ini Bali terkenal dengan wisata pantainya, obyek wisata berikut ini mungkin masih terdengar asing di telinga Anda, Pulau Menjangan namanya. Berikut ulasan singkat tentang Pulau Menjangan.
Pulau Menjangan via anekatempatwisata.com
Pulau Menjangan
Wisata alam bawah laut Bali masih belum se-populer pantainya, namun jika Anda mengunjungi tempat ini dijamin akan semakin cinta dengan Pulau Bali. Pulau Menjangan, adalah sisi lain dari wisata di Bali dengan suguhan wisata alam bawah lautnya. Lokasi Pulau menjangan terdapat di bagian barat Pulau Bali tepatnya di daerah Buleleng.
Menuju Pulau Menjangan ini, Anda harus menyebarang menggunakan perahu dari dermaga Labuhan Lalang atau Labuhan Banyu Wedang.  Perahu ini dapat mengangkut 10-12 orang dengan biaya sewa sekitar Rp300.000/perahu. Kurang lebih 20 menit lama waktu perjalanan yang harus Anda tempuh untuk menyebrang dari dermaga menuju Pulau Menjangan.  
Sesampainya di Pulau Menjangan, Anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp2.500 untuk wisatawan lokal dan Rp25.000 untuk wisatawan mancanegara.  Sebelum menikmati keindahan bawah lautnya, jangan lupa untuk lapor kepada dinas terkait, karena Pulau Menjangan termasuk kawasan konservasi Taman Nasional Bali Barat.
Aktivitas yang ditunggu-tunggu akhirnya bisa dinikmati. Snorkeling dan diving adalah aktivitas favorit wisatawan saat berkunjung ke Pulau Menjangan. Terumbu karang dan biota alam bawah lautnya masih terjaga dan terlihat sangat indah. berfoto-foto dengan terumbu karang dan beragam jenis ikan di bawah laut tentu tak boleh Anda lewatkan.
Alam bawah laut Pulau Menjangan via youtube.com

Pulau Menjangan, di balik sisi keindahan alam bawah lautnya, ternyata pulau ini merupakan pulau yang disucikan oleh umat Hindu setempat. Oleh sebab itu, Jika Anda berkunjung ke pulau ini pastikan mengikuti aturan, adat dan kearifan lokal di sana.

Selain untuk wisata, Pulau Menjangan ini juga dijadikan tempat ibadah umat beragama Hindu karena di sana terdapat sebuah pura dengan hiasan Patung Ganesha yang langsung menghadap ke lautan lepas. Masyarakat setempat mempercayai bahwa, Dewa Ganesha lah yang menjaga kesucian perairan di Pulau Bali agar tetap indah dan aman.
Itulah ulasan singkat tentang Pulau Menjangan. Segala keindahan serta kesakralannya obyek wisata ini, menjadi sisi lain wisata di Bali yang selama ini terkenal dengan pantai-pantainya.  Jika Anda belum memiliki rekomendasi tempat wisata mana yang akan dikunjungi pada liburan akhir tahun ini, tidak ada salahnya memilih Pulau Menjangan untuk menghabiskan waktu liburan akhir tahun Anda.
Pulau Bali, pesonanya tak pernah habis. Selalu saja ada hal yang bisa membuat turis dan wisatawan jatuh cinta, seperti Pulau Menjangan ini. Selamat berlibur di Bali!






Thursday, November 17, 2016

Bening

Bening itu membasuh luka, yang disimpan diam-diam dan dicoba dibenamkan dalam gelap malam, yang seperti terus melangkah tanpa tujuan pasti di jalan tak berujung.
Bening itu penawar rindu, yang enggan diakui karena kejujuran, bahkan kepada diri sendiri, adalah sesuatu yang mengerikan yang akan membongkar topeng kepalsuan yang selama ini diperlihatkan kepada dunia.
Bening itu pelepas duka, ketika satu dua kata dari orang tercinta rasanyanya seperti meruyak hati dan meluncurkanku ke jurang dalam, yang menurut orangnya sendiri hanya merupakan "dramatisasi" dari perasaanku yang terlalu berlebihan.
Bening itu, kawanku satu-satunya di malam hening, ketika rindu tak bertepi tak berani kuungkap karena takut dicerca dan direndahkan, takut dianggap sebagai manusia yang selalu bergantung pada orang lain, takut dilecehkan dan ditertawakan....
Salahkah kalau aku terisak sendirian berteman bening yang menetes satu-satu....
Salahkah aku memiliki hati yang rapuh....
Aku cuma daun meranggas, yang ingin bersandar di pohon raksasa, merasa nyaman, mendengar lembutnya hembusan angin, tanpa kata....
Salahkah aku....

13 June 2009

Merasa dipahami



Baca berita kemarin? Seorang gadis belia bernama Liu Wenxiu menggagalkan percobaan bunuh diri seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Bagaimana mungkin? Ternyata itu dilakukannya dengan cara berbicara dengan si pemuda, dan memberinya ciuman....
Apa yang dikatakan Liu Wenxiu pada si pemuda hingga si pemuda membatalkan niatnya? Tak ada seorang pun yang tahu. Wenxiu hanya mengatakan bahwa cerita si pemuda membuatnya merasa tersentuh, dan dia merasa memahami si pemuda.
Merasa dipahami, selalu menjadi impian setiap orang, dan sayangnya, itulah yang sangat sulit diperoleh.
Sebaliknya, merasa tidak dipahami, selalu membuat frustrasi, membuat ingin menangis dan berteriak. apalagi merasa tidak dipahami oleh orang yang dicintai, kepada siapa kita biasa berbagi.
Barangkali memahami perasaan orang adalah sesuatu yang super sulit. Tentu saja sulit, kalau orangnya menutup diri. Lha kalau model saya? Sudah bicara terbuka, sudah menjelaskan, sudah bercerita perihal masalah yang mengganjal perasaan, masih tetap tidak dimengerti juga, seolah-olah saya bicara dengan menggunakan bahasa planet lain.
Ah, mungkin saya terlalu aneh bagi orang lain, ucapan saya sulit dipahami. Mungkin karena harapan dan keinginan saya terlalu sederhana sehingga orang yang malah jadi tidak mengerti.
Ya, terlalu sederhana. Saya cuma ingin merasa berharga, ingin orang merasa homey bersama saya, ingin orang merasa nyaman dan tidak sungkan bercerita tentang hidup kesehariannya. Seperti saya juga selalu bercerita tentang seluruh perasaan saya kepada orang yang saya percayai.
Saya ingin merasa dihargai, ingin dipercaya untuk mendengar dan menyimpan cerita-cerita orang yang berarti bagi saya. Sesederhana itu....
Dan saya merasa tidak berharga ketika saya tidak tahu apapun tentang diri orang lain, karena orang tersebut tidak mempercayai saya, tidak merasa dekat dengan saya sehingga saya tidak perlu tahu apapun yang terjadi dengan dirinya.
Saya tetap tidak dipahami....
Sedih sangat, dan ingin menangis.

Bahasa Kasih

Ya. Aku tahu, bahwa bahasa kasih itu ada 5. Tahu, bahwa ada orang-orang yang bahasa kasihnya adalah hadiah. Mereka, yang memperlihatkan cinta dengan memberi barang, yang menghargai orang juga dengan pemberian yang mereka dapat dari orang lain.
Itu bukan bahasa kasihku, dan aku tahu bahwa itu juga bukan bahasa kasihmu.
Bahasa kasih lainnya adalah waktu. Orang-orang yang memiliki bahasa ini akan mengungkapkan cinta mereka dengan memberi waktu kepada orang lain, yang mau meluangkan waktunya bagi orang lain, dan juga sangat menghargai apabila orang lain mau meluangkan waktu bagi mereka. Bagi mereka, itulah hadiah termahal....waktu.
Dan itulah kamu, seperti aku juga. Kita sama meluangkan waktu untuk orang yang disayangi, mau merelakan beberapa jam untuk mendengarkan, untuk terhubung, untuk kebersamaan, untuk duduk berdampingan minum teh dan sarapan di pagi hari di sebuah restoran kecil. Barangkali hanya membicarakan hal-hal sederhana, mungkin bicara soal gadget, mungkin bicara tentang pengalaman hidup sehari-hari, tentang hidup yang penuh kenangan. Atau hanya duduk bersebelahan, tanpa kata-kata. Tidak masalah, yang penting adalah waktu yang bisa dihadiahkan kepada orang yang dicintai, karena memang hanya itulah harta paling berharga yang kita miliki.
Bagi orang-orang seperti kita, tak perlu setumpuk baju keluaran Prada, tak perlu tas Hermes atau parfum Calvin Klein. Untuk apa itu semua kalau kita tak lagi punya waktu bagi orang yang dicinta?
Tidak, aku pilih waktu, daripada segudang hadiah....

Pinter

Pinter banget, aku ngoprek settingan blog sehingga 30 postingan terakhirku terhapus, hilang entah kemana. Makanya gak usah diulik-ulik deh, keminter. Udah aja terima jadi. Daripada dihias dirias dengan tujuan lebih rapi, gataunya malah gone with the wind. Hehe.
Begitulah manusia perfeksionis. Maunya bagus, ngerjain sesuatu diperhatikan banget detilnya, padahal gak ada orang yang memperhatikan. Cuma sekadar memuaskan hati karena sudah melakukan yang terbaik.
Pinter banget, aku sudah melenyapkan 30 postingan terakhir di blog. Itu pelajaran agar bikin draft sebelum posting, kebiasaan banget suka langsung nulis tanpa draft, dan selalu lupa dicopy agar disimpan dengan rapi dalam satu folder. Sudah beres menulis, ditinggalkan begitu saja.
Sebetulnya tidak apa2 sih tulisan2 itu hilang, tokh aku bisa menulis lagi yang baru. Cuma sayang aja, karena tulisanku adalah rangkaian kenangan yang kalau kubaca lagi akan mengembalikan rasaku saat aku menuliskannya, seperti menonton kisah hidupku sendiri.
Apa boleh buat, nangis bombay juga gak akan mengembalikan tulisan2 itu. Lebih baik mulai mengisi lagi blog yang sudah lama diterlantarkan. Kok dulu sering menulis sekarang malas sekali? Nanti jemariku kaku dan otakku beku karena tidak pernah digunakan....

Sore ini

Sore ini, aku kembali menyapamu Bloggie. Lama tak menulis di blog
membuat otakku sedikit beku. Maaf ya, meski namamu kuingat terus
"Follow your heart", tapi aku jarang menyapamu, jarang mengisimu,
jarang bercerita kepadamu, tentang hal2 sederhana dalam hidupku,
tentang rinduku yang kerap membuncah, tentang apapun yang kurasakan.
Dan sore ini, dalam heningku, kusapa kamu kembali, agar benakku
kembali menghangat, dan mengencer.
Aku baru saja menyiram tanaman. Sudah beberapa sore kulihat tanah di
halaman depan rumah retak kepanasan, dan baru sore ini aku sempat
"main air" menyiramnya.
Saat air jernih keluar dari selang, kulihat rerumputan yang mulai
menguning itu basah kehijauan, tampak segar.
Aku ingat guruku pernah mengajariku untuk berdoa ketika menyiram
tanaman, dan melakukannya dengan penuh cinta. "Lihat saja hasilnya
nanti, tanamannya akan jadi subur karena kamu melakukannya dengan
cinta."
Ya, aku tahu itu, dan sudah sangat sering mengalaminya. Dulu, sewaktu
tinggal di rumah kontrakan, aku menanam di petak kecil di depan rumah,
dan semua tanamanku tumbuh subur.
Guruku benar, tanaman juga punya perasaan, kalau diberi cinta, dia
akan membalas dengan hal baik yang bisa diberikannya. Dia akan
menyenangkan hati orang yang memeliharanya.
Kalau saja manusia mau belajar dari alam, mau belajar dari tanaman,
semestinya tak ada orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan,
semestinya kalau diberi cinta, dia membalas dengan hal terbaik yang
bisa dia berikan.
Sayangnya tidak demikian. Sangat sedikit manusia yang punya kesantunan
sebaik itu, sangat langka manusia yang tahu bagaimana caranya membalas
kebaikan dengan kebaikan.
Sore ini, kulihat rumput hijau membasah setelah disiram, tampak segar,
tampak gembira karena aku menyiramnya dengan cinta dalam hatiku.
Bloggie, aku percaya telingamu selalu mau mendengarkan
kisah2ku yang kekanakan. Seperti bocah kecil yang matanya berbinar
sepulang sekolah, dengan segudang cerita yang tak pernah habis.
Tiba2 aku ingat suatu masa, ketika aku punya "buku harian hidup" yang
selalu mendengarkanku dengan sabar. Tapi ya itulah, kesabaran mungkin
ada batasnya. Dan di batas itulah, dia melangkah pergi....
Tak ada yang abadi, yang kemudian menjadi abadi adalah kenangan.
Selamat sore Bloggie, terima kasih telah membuka telingamu untuk mendengarkanku.

Merindu

Dear, aku bersyukur bahwa sekarang bukan lagi jamannya menulis surat 
dengan menggunakan pen dan kertas, sehingga kamu tidak perlu melihat 
tulisanku berubah memburuk karena tanganku bergetar saat menuliskan 
surat ini, dan juga tak melihat kertas yang bergelombang terkena 
tetesan airmataku yang tak sanggup kutahan, meluncur membasahi surat 
ini. 
Bersyukur bahwa ini sebuah surat elektronik, yang dikirim dengan 
teknologi canggih. Teknologi yang terus menggerus hati sehingga makin 
lama makin kaku seperti robot karena hanya mengandalkan logika. 
Teknologi yang bisa mengirimkan pesan tak sampai semenit, tapi tak 
mampu menyampaikan "rasa". 
Bersyukur, bahwa karena itu maka kamu tak bisa mengetahui perasaanku 
yang semestinya terkirim melalui kertas dan tinta. 
Ah, kamu memang tak perlu melihat butiran bening ini menetes, tak 
perlu ikut merasakan apa yang kurasa. Kamu cuma perlu mengetahui bahwa 
aku baik-baik saja. 
Biar kamu hanya tahu bahwa aku tetap tersenyum mengingatmu, tetap 
santai, tetap gembira. 
Kamu tak perlu tahu bahwa setiap kali kubisikkan namamu, mataku panas 
dibenam rindu tak terperi. 
Kerinduan yang menjejak terlalu dalam di bawah langkahku, dan selalu 
menyurutkan kenangan, mengaburkan pandanganku dengan kabut yang 
mengembun. 
Tidak, kamu tak perlu tahu, biar aku menelan rindu ini sendiri....

Tidak tekun

Dan inilah saatnya aku harus mengakui, bahwa kelemahanku dalam menulis
adalah TIDAK TEKUN. Lalu beralasan bahwa aku sibuk, banyak yang harus
dilakukan, tak ada waktu luang, keteteran dan segudang alasan lainnya.
Tahu dan sangat sadar bahwa semuanya hanya alasan, yang dicari-cari sebagai pemaafan atas waktuku yang berlalu dengan sia-sia tanpa satu
baris pun yang kutuliskan di blog. Bahkan hanya sekedar bercerita
bahwa pagi ini aku blablabla, lalu blablabla. Pokoknya untuk menulis
seperti layaknya anak-anak SD dalam pelajaran mengarang. Itu pun tidak
dilakukan.
Sungguh terlalu. Dan sejujurnya sangat memalukan. Padahal ada suatu
masa dimana aku tak henti menulis, ketika ide-ide mengalir dan begitu
mudah untuk dituangkan, tak sampai sejam, tanpa hambatan berarti,
biasanya selesai sudah satu tulisan. Memang tidak panjang, tapi
untukku sangat memuaskan. Singkat, dan padat mengungkapkan ide yang
ingin kubagi kepada dunia.
Lalu sekarang? Apakah aku kehilangan kemampuan menulisku? Ternyata
tidak. Masih bisa, masih asyik, masih seru, masih banyak ide, yang
kutemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu, kalau banyak ide, kenapa tidak dituliskan? Nah itu, selalu, tak
segera dituliskan, dan terlupakan, terganti dengan ide-ide lain yang
keluar masuk otakku, dan semuanya tak direalisasikan menjadi tulisan.
Hmm, seperti juga semua hal lain di dunia: "jangan pernah menunda suatu pekerjaan, ,
karena sekali menunda, engkau akan kehilangan semangat untuk
menyelesaikannya".
Itulah yang terjadi dengan ide-ide yang berhamburan di dalam
benakku. Tetap menjadi seonggok ide yang tak pernah jadi tulisan.
Maka, seperti juga di masa lalu, ketika aku melihat ketekunan suatu
bangsa yang secara ekonomi sangat maju, aku selalu cuma bisa bilang "mereka tekun sih....". Hanya terpesona, dan terkagum-kagum, dan bukannya melihat cermin, menyadari, lalu berlaku seperti mereka.
Apa boleh buat, dengan kesadaran penuh, hari ini, aku mengakui kelemahan diriku, bahwa aku tidak tekun.
Memang, ketika mengakui hal ini, rasanya menampar diri sendiri, sangat tidak enak. Tapi lebih baik aku mengakui kelemahan dan kekuranganku ketimbang berlaku sok jagoan dan sok sempurna seolah-olah aku tidak punya kekurangan.
Aku juga tidak mau "excuse" dengan mengatakan bahwa itu manusiawi. Tidak juga, pokoknya dalam hal ini aku sungguh tidak tekun. Titik. Itu saja.

Test Kedisiplinan

Selamat pagi semesta. Ini hari keduaku bebenah "para akun" di dunia maya. Sejak kemarin aku "uplek-uplekan" search di Twitter, membuka lagi Tumblr dan mencoba menulis quotes dari sana. Sesuatu yang sangat jarang kulakukan karena biasanya Tumblr hanyalah "tempat lewat" foto-fotoku, dari Wordpress dan Instagram. Menulis seperti ini di Tumblr, mungkin menyenangkan juga, tapi aku kan sudah punya blog, sayang kalau terlantar dan tidak diberdayakan.
Sayang??
"Ah, pokoknya semua akun dunia maya aku punya, aplikasi chatting juga punya semua, yang penting update, tau deh ngisinya kapan....", begitu kata seorang temanku.
Bagiku tidak seperti itu. "Eman-eman" aku bikin akun, kalau kemudian diterlantarkan tak pernah dijenguk, hanya sekadar  "exist", sekadar orang tahu bahwa aku gaul banget. Oh no, thanks. Tujuanku bukan itu, jauuuh dari itu.
Bagiku, mau di dunia maya atau pun di dunia nyata, punya barang ya mesti dirawat. Di dunia nyata, beli barang, lalu ditaruh di pojokan, dibiarkan berdebu. Mubazir deh barang tersebut, terus kenapa dibeli?
"Lho, akun di dunia maya kan bukan barang, kan gak bayar, kan gratis, kan gak berdebu dan gak harus dibersihkan pakai lap flanel atau cairan minyak agar mengkilat....", pasti begitu deh alasan mereka yang menterlantarkan akun-akunnya.
Ya monggo saja, setiap orang boleh berpendapat, dan boleh mengajukan pleidoi atas keputusannya.
Menurut pendapatku, "iseng is aneh banget", melakukan atau membuat sesuatu itu selayaknya memiliki tujuan tertentu. Untuk cari uang, untuk cari teman, untuk bisnis, untuk mengekspresikan diri. Dan alasan: "iseng aja", pasti membuatku melongo serta "terpesona". Membuat akun yang tak berguna kan berarti menumpuk sampah, dan menyampah, di dunia nyata maupun di dunia maya, ya sama saja, hehehe.
Memang sih, mengurus "para akun" di dunia maya itu lumayan makan waktu. Tapi kalau itu menghasilkan sesuatu, misalnya menghasilkan tulisan, atau mengunggah foto-foto hasil karya sendiri yang sudah diedit, atau sekadar menyalin, artikel bermanfaat dari majalah untuk dibagikan pada semua teman di jejaring sosial, rasanya waktu yang dipakai itu menjadi tidak sia-sia. Bukankah berbagi ilmu termasuk amal kebaikan? Dan di jaman sekarang ini, lewat blog, lewat jejaring, semua orang bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
Terkecuali kalau akun jejaring dipakai buat inbox ngomongin teman, atau chatting ngalor ngidul selama 2 jam dan setelah dibaca ulang, ternyata isinya nonsense, gak manfaat sama sekali. Nah, kalau itu sih, asli, buang waktu.
Masalahnya adalah konsistensi, yang agak sulit adalah terus menulis, terus mengunggah karya foto atau karya apa pun yang difoto, terus, berkelanjutan. Bahasa agamanya: istiqamah.
Dan untuk menjadi istiqamah, dibutuhkan disiplin tinggi.
Dan blogging, bagi saya, termasuk salah satu ujian kedisiplinan.
Pagi semesta, semoga Tuhan memberiku cahaya untuk "keep blogging", yang bisa bermanfaat, bagi sesama. Amin.

Wednesday, November 16, 2016

Jejaring Sosial

Saya ingat, saya mulai membuat akun Facebook bulan Agustus 2008. Ck, sudah 5 tahun berlalu. Sebelumnya, saya punya Friendster, dan sempat menulis lebih dari 50 catatan disana. Ketika pertama kali terdaftar di Facebook, Agustus 2008, yang pertama saya cari adalah tempat menulis dan menumpahkan ide-ide, dan disana, saya menemukan "Notes", tempat yang nyaman untuk menulis, dimana saya menuliskan lebih dari 100 catatan tentang segala yang saya alami.
Saya baru sadar, bahwa jejaring sosial, untuk saya adalah tempat
berekspresi, tempat menuangkan ide dan berkarya, dan bukan tempat mengobrol atau berbalas komen sehingga menjadi thread yang sangat panjang yang terkadang membuat saya bingung karena arah pembicaraannya jadi kemana-mana.
Saya tidak tahu, apakah niat dan tujuan saya memiliki akun jejaring ini benar atau tidak. Dan saya menghormati pemikiran teman-teman dan kerabat yang meniatkan memiliki akun jejaring untuk tempat curhat atau ngobrol dengan teman di inbox atau pun di wall. Setiap orang kan melakukan sesuatu dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda, tergantung referensi dan pengalaman masa lalu masing-masing.
Kalau saya, karena memang senang menulis, maka semua tempat saya coret2, apapun juga isinya, pokoknya saya menulis, menumpahkan isi otak dan isi hati, dan merasa lega setelah menuangkannya. Selain itu, karena saya juga penyuka fotografi, maka berbagai akun di dunia maya ini saya gantungi bingkai2 berisi foto2 karya saya. Senang deh kalau masuk akun Facebook, Tumblr atau Pinterest atau Path, lihat2 album milik sendiri. Saya selalu ingin menambah koleksi disana. Pokoknya, untuk saya, para akun tersebut seperti rumah saya di dunia nyata, dan pekerjaan saya adalah mendekor rumah2 tersebut supaya saya merasa nyaman di dalamnya, supaya saya betah. Kalau kemudian orang lain juga menjadi betah di sana, itu sih bonus kehidupan, sebuah pertemanan.
Apakah jejaring sosial itu bermanfaat? Hmm, tergantung sudut pandang masing2 orang. Bermanfaat, bagi yang bisa memanfaatkan dan menggunakannya dengan baik. Tidak bermanfaat, kalau tidak membuat pemilik akun tersebut menjadi lebih baik. Simpel saja
Ah, saya kira bukan hanya masalah jejaring sosial. Apapun dalam hidup ini, selayaknya ditujukan untuk membuat kita menjadi lebih baik. Demikian kiranya.