Tuesday, July 26, 2011

Suatu hari, suatu masa

Rasanya tak percaya pernah mengalami hari seindah itu. Suatu siang, saat mentari tampak begitu cerah, secemerlang tatapan yang ramah, menghapus rasa ingin tahu yang berbulan tersimpan.
Langkah-langkah lebar bersisian, duduk berhadapan, bercerita, merancang pertemuan penuh surprise di sore hari.
Maka malam pun jadi berbintang, wajah cerah yang penuh perhatian, mengantar senyum dalam lelap malam.
Suatu hari, suatu masa, suatu waktu, ketika pertemuan adalah suatu kisah sarat kenangan, bagian yang tak boleh disesali dari perjalanan hidup yang membuka mata hati.
Seandainya saja bisa kuputar kembali rotasi dunia, hanya untuk melihat kembali asa yang berkilau bagai bintang dalam tatapnya. Kemilau yang mengirimkan harapan dan kedamaian yang bening, bukan kekerasan hati dan kemarahan....
Bandung 26 Juli 2011

2 comments:

  1. Aku pernah megalami seharian sarat makna, hari yang indah, dimana seluruh detiknya masih terangkum disini *tunjukhati*. Menjajari langkahnya yang cepat-cepat, hingga terkadang berlari kecil, dan dia tertawa melihat tingkahku, yang menurutnya mungin lucu.

    Lalu aku mulai terbiasa melangkah lebar-lebar bersisian dengannya, duduk berhadapan seperti katamu, bercerita yang tak henti, diselingi mata yang membulat indah, lalu merancang perjalanan yang tak habis-habisnya ditentukan.

    kisahmu, seperti membolak-balik isi kepalaku, memaksanya kembali berloncatan, meminta, mendesak-desak layaknya cahaya keluar dari sebuah lensa. ,')

    Seterusnya, aku tak bisa menghapus itu semua. Bagiku, semua terlalu 'terekam' untuk dihilangkan, untuk dihapus apalagi.

    Suatu hari yang biasa, dia menatapku lekat, walau tak lama. Tapi tak ada yang terucap, hanya sinar alpha dari matanya saja yang ia kirimkan, menembus mataku, mengirimkan ribuan aksara, yang bila diterjemahkan, sorot mata itu ingin mengucapkan kata, maaf ,'(.

    Aku hanya diam, mulutku terkunci, tapi mataku tidak.

    Waktu, hati, perjalanan, itu bukan milik kita (lagi). Kukatakan dalam tatap mataku padanya, dan jangan menyalahkan keadaan.

    kita mungkin, terlalu pagi mengungkap apa yang belum waktunya diungkapkan.

    Episode kita, kala itu, terlalu manis untuk hanya sekedar dikenang. Aku tak bisa marah, karena darinya aku belajar banyak.

    Aku menitipkan mimpiku, bukan lagi padanya, tak apa, aku tak apa-apa, karena ada yang lebih pantas untuk menitipkan mimpi padanya, *aku terhenyak*. Ternyata aku seberani itu.

    Aku menunduk dan tak membalas tatapmu, maaf. Aku tak mau tatapanmu membuatku ingin meneduhkan hatiku kembali.

    Aku disini, hanya ingin melangkah dan menemui dia, yang kan memegang mimpi-mimpiku, mempercayainya, mentransformasikannya ke dalam cahaya yang tak bias, sehingga kita berdua bisa bercerita kepada dunia. :)

    ReplyDelete
  2. ada saat-saat dimana luka memang harus muncul dalam sejarah kehidupan, untuk membuat kita lebih dewasa...

    ReplyDelete