Wednesday, October 19, 2016

Kursus Fotografi "Membaca"


Dulu, seorang fotografer pernah menyarankan pada saya untuk ikut kursus fotografi. Yeay, tanpa mengurangi rasa hormat, saya tidak mematuhinya. Bukan apa-apa, tempat kursus yang disarankannya mahal sekali, dan saya tidak punya uang sebanyak itu untuk membayarnya. Ketika itu, saya cuma bilang "iya", dan tak berkata apapun yang lainnya.
Saya ingin bisa, ingin belajar, ingin mendalami fotografi. Lalu saya harus bagaimana? 
Maka saya pergi ke toko buku, melihat deretan buku tentang fotografi, membaca sekilas beberapa buku, dan pulang dengan membawa tiga buku yang saya butuhkan. Harga yang saya bayar jauh dibawah biaya kursus foto yang dianjurkan oleh mas fotografer. Saya gembira sekali.
Saya mulai membaca, dan ternyata saya tidak bisa segera selesai membaca ketiga buku tersebut. Kenapa? Saya berhenti di setiap bab, mempraktekkannya, baru beranjak ke bab lain. Dan sampai saat ini, sejujurnya, buku-buku tersebut tak pernah selesai saya baca, karena terkadang saya mundur lagi, mengulang bab sebelumnya, yang pernah saya praktekkan, dan saya lupa lagi, ahahaha.
Maka, untuk saya, buku-buku itu menjadi sebuah sekolah fotografi, tempat "mengubek-ubek" dan mencoba, tempat mempraktekkan apa yang sudah saya ketahui. Selama "bersekolah" itu, saya ditemani oleh sahabat saya, si mungil Lumix LX-3 yang sekarang sudah pensiun. Nggak pakai kamera DSLR yang bisa ganti-ganti lensa? Nggak tuh.
Kenapa? Karena bahu saya terlalu letih untuk menyangga perangkat yang berat, dan agar bisa lebih leluasa bergerak, hanya itu alasannya, selain juga karena kamera DSLR itu harganya mahal  dan akan menuntut banyak biaya lain untuk membeli lensa-lensanya.
Jadi demikianlah, seperti juga menulis, saya tidak pernah belajar fotografi secara formal. Guru-guru saya adalah buku-buku saya,  dan semua rekan sesama juru foto yang sempat mengobrol tentang fotografi di berbagai kesempatan.
Sebetulnya, cuma mau cerita, bahwa bukan sekolahnya yang penting, tapi keinginan yang kuat untuk bisa, memahami dan mampu melakukan sesuatu. Jalan untuk menjadi pintar itu banyak, dan tak harus mahal, asal mau, dan tekun.
Jadi sekarang, kalau saya ditanya: "dulu belajar fotografi dimana?". Dengan senang hati saya akan menjawab: "Di sekolah fotografi membaca".
Dan mas fotografer senior yang terhormat, nyuwun pangapunten, saya nggak mematuhi saran mas. Hehe.

2 comments:

  1. nah itu kurang kuat niatku belajar foto ya,
    nggak kayak kakak
    beli beberapa buku, tapi pas mau praktekin kok malas keluarin kamera
    ha..ha.. parah banget

    ReplyDelete
  2. paling enak itu motret aja. kalau pusing baru buka buku :D

    ReplyDelete