Friday, April 24, 2009

Sandal Jepit


Sepasang sandal jepit hanya berguna ketika kita pergi ke luar rumah, ke warung, ataupun ke kamar mandi. Seindah-indahnya, dengan merek Swallow sekalipun, namanya tetap sandal jepit. Kadang-kadang ada yang merek Esprit, atau mungkin Guess, atau jangan-jangan Mango. Ah, apa bedanya. Kalau ada yang murah, kenapa harus mahal, hha.

Itu mungkin cuma sepasang sandal jepit yang harganya tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah, tapi kalau itu diberikan oleh seorang anak kepada ibunya, yang dibeli dengan uangnya sendiri, benda itu bisa jadi sangat berarti bagi sang ibu.

Mungkin kedengaran "lebay" (ini bahasa gaul, artinya "berlebihan). Masa segitunya sih? Oya, orang boleh menilai apapun. Tapi siapa sih yang bisa merasakan perasaan si ibu, dan juga perasaan si anak? Tidak seorangpun. Tiap orang punya pengalaman dan referensi yang berbeda, sesuatu yang biasa-biasa saja buat seseorang, bisa jadi adalah sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain. Kenapa tidak?
Demikian juga sesuatu yang sederhana, yang murah, yang simpel, terkadang malahan bisa lebih terkenang ketimbang barang-barang mahal.
Pernah dengar orang yang dihujani harta berlimpah, tapi tak bahagia? Pernah lihat orang yang hidup sederhana, tapi wajahnya penuh cahaya kebahagiaan?
Memang sih, idealnya "dihujani harta dan wajahnya bercahaya". Alangkah sempurnanya hidup kalau itu yang dihadapi. Saya percaya ada juga orang-orang yang beruntung seperti itu, meskipun jumlahnya sangat sedikit.
Tapi kalau kita tidak berada dalam situasi seperti itu, kenapa tidak melihat sekitar, barangkali kita punya jutaan "sandal jepit" dirumah, hal-hal kecil yang jarang kita syukuri, benda-benda sederhana yang diberikan seseorang dengan cinta, yang membuat kita hidup berkelimpahan.
Betapa masih sangat banyaknya jendela hati yang harus dibuka....

No comments:

Post a Comment