Katanya, hubungan yang baik itu adalah hubungan yang membuat seseorang menjadi lebih baik. Artinya, kalau sebuah relasi tak membuat seseorang menjadi lebih baik, itu berarti ada yang meleset, tak sepadan, tak seimbang. Yang lebih parah adalah apabila ada dua pihak, A dan B. Si A mendapat manfaat dan terus menerus menuju ke arah yang lebih baik, sementara si B tidak, tetap stabil dalam ketidakbaikan, kalau tak mau disebut mundur menjadi lebih buruk.
Itu namanya 'gak adil banget' dan super egois. Enak aja yang satu maju terus, gak mikirin yang statis dalam ketidakbaikan.
Eh, tapi si B yang "tertinggal" dalam keburukan ini gak keberatan kok kalau dia tenggelam disitu, dengan alasan "gak apa-apa, aku tak perlu dipikirkan, asalkan engkau merasa lebih baik, aku bahagia melihat orang lain lebih baik."
Hadeuh, ketahuilah bahwa si B itu adalah manusia super. Super egois. Dia bahagia melihat si A menjadi lebih baik. Dia sadar nggak ya bahwa si A juga ingin merasakan kebahagiaan yang sama?
Itu namanya 'gak adil banget' dan super egois. Enak aja yang satu maju terus, gak mikirin yang statis dalam ketidakbaikan.
Eh, tapi si B yang "tertinggal" dalam keburukan ini gak keberatan kok kalau dia tenggelam disitu, dengan alasan "gak apa-apa, aku tak perlu dipikirkan, asalkan engkau merasa lebih baik, aku bahagia melihat orang lain lebih baik."
Hadeuh, ketahuilah bahwa si B itu adalah manusia super. Super egois. Dia bahagia melihat si A menjadi lebih baik. Dia sadar nggak ya bahwa si A juga ingin merasakan kebahagiaan yang sama?
Setiap orang yang berpikiran sehat, tentunya berharap bahwa orang di sekitarnya (apalagi orang yang dianggap dekat, disayangi) menjadi lebih baik. Baik secara umum saja, hidup dengan baik, jauh dari hal2 buruk secara fisik dan moral, hidup dengan baik, menjauhi hal2 tak baik. Sehat lahir batin.
Itu normal. Siapa sih yang berharap orang di sekitarnya menjadi sengsara? Apalagi kalau orang tersebut besar perannya dalam perbaikan dirinya. Tentunya akan sangat mengecewakan apabila "aku menjadi lebih baik karena dukunganmu dan engkau tetap begitu saja, dalam keterpurukanmu".
Orang yang tahu diri, inginnya "baik bersama", supaya adil, supaya win win solution, supaya sama2 senang. Tidak timpang.
Kalau timpang, berarti pesta lilin sudah terjadi. Seseorang berkorban menjadi lilin demi kebaikan orang lain.
Itu tidak adil, dan tidak seimbang.
Itu normal. Siapa sih yang berharap orang di sekitarnya menjadi sengsara? Apalagi kalau orang tersebut besar perannya dalam perbaikan dirinya. Tentunya akan sangat mengecewakan apabila "aku menjadi lebih baik karena dukunganmu dan engkau tetap begitu saja, dalam keterpurukanmu".
Orang yang tahu diri, inginnya "baik bersama", supaya adil, supaya win win solution, supaya sama2 senang. Tidak timpang.
Kalau timpang, berarti pesta lilin sudah terjadi. Seseorang berkorban menjadi lilin demi kebaikan orang lain.
Itu tidak adil, dan tidak seimbang.
Setiap orang yang berpikiran sehat, pasti berkeinginan untuk terus maju, terus menjadi lebih baik, terus memperbaiki diri, bersama-sama dengan orang yang telah mendorongnya maju.
Eh tapi, tiap orang punya latar belakang berbeda, punya motivasi dan keinginan masing2. Ada yang sungguh2 kuat berjuang memperbaiki diri, dan ada yang memang tidak serius dari sananya.
Jadi semestinya, tak usah feeling guilty atau kecewa. Setiap orang bisa maju dan menjadi lebih baik, tergantung diri orang itu sendiri. Mau atau tidak....tergantung kepribadian masing2, dan bukan tergantung orang lain.
Demikianlah.
No comments:
Post a Comment