Tadi malam
aku melihat bintang di langit. Hanya satu, dan cahayanya redup. Tapi tidak
masalah, bagiku bintang adalah bintang, redup atau pun cemerlang, tetap memberi
cahaya bagi yang membutuhkan.
Demikian
juga dalam kehidupan. Ada orang-orang yang menjadi bintang dalam hidupku.
Manusia-manusia yang hadir di saat-saat aku merasa letih atau berada dalam
kegelapan, menemaniku sampai tiba di tempat yang lebih terang dan lebih nyaman.
Mereka mungkin tak serupa kaum selebritis yang memang selalu menjadi bintang
dan pusat perhatian dimana pun berada. Mungkin hanya sesosok manusia sederhana
dengan pakaian bersahaja dan pemikiran yang simpel-simpel saja. Tapi dialah
yang berada di dekatku pada saat aku bermasalah, dialah yang memberi solusi
sederhana dari pemikiranku yang seringkali “ruwet duluan”. Bintang itu, bisa
jadi hanya seseorang yang selalu bisa membuatku tertawa, atau paling tidak
tersenyum, sehingga hidup tak lagi terasa sedemikian berat untuk dijalani. Atau
bisa jadi juga, sang bintang adalah seorang kanak-kanak yang dengan sikap
manisnya, dengan tatapan matanya yang bersinar, dengan tawanya yang lebar,
membuat hariku menjadi cerah ceria dan lebih bercahaya.
Tapi
sayangnya, para bintang ini terkadang tak sadar kalau dia sungguh berarti bagi
orang lain, atau mungkin kurang peka, atau barangkali waktunya tidak pas,
sehingga dia tak selalu hadir di saat sangat dibutuhkan. Yaah, seperti berjalan
di malam gelap sajalah, kan tidak setiap saat ada bintang yang menemani.
Hmm, aku
jadi ingat seorang bocah virtual. Ha? Virtual? Ya, dia sungguh tidak nyata, tak
ada dalam kehidupan, tak hadir dalam realita. Tapi sangat hidup dalam benak,
impian dan anganku. Seorang gadis kecil, balita, berkulit putih, berhidung
mancung, beralis tebal dan bermata besar dan berambut ikal. Cantiknya luar
biasa, seperti peri. Dia senang bermain di halaman, melihat bunga-bunga di
taman, mengejar kucing, bermain dengan kelinci. Kalau dia dilarang bermain di
luar, dia akan sangat sedih, karena dia suka alam, suka rerumputan dan embun
pagi dingin yang membasahi kakinya. Setiap kali dia tersenyum, matanya berkilau
ikut tertawa.
Fiuh, gadis
kecil ini memang membuat orang yang melihatnya jatuh cinta. Aku mencintainya
dengan sangat. Lha itu terbukti, dia begitu hidup dalam benak dan hatiku.
Kuberi dia nama yang cantik, agar aku bisa memanggilnya setiap kali aku
merindukannya. Wew, merindukannya? Iya. Ketika aku merasa tak ada seorang pun
bintang yang menemaniku dalam kegelapan,
tak pernah tidak, selalu kuingat putri cantikku ini. Mengingatnya selalu
membuat hatiku melembut, selalu menyenangkan dan menenteramkan. Siapa sih yang
tak senang membayangkan kehidupan harian seorang gadis kecil yang cantik
seperti putri?
Aku tahu dan
sadar kok bahwa dia khayali, dan tak ada di mana-mana. Tapi setidaknya,
berjalan-jalan di taman angan dan impian itu membuatku tersenyum, mengembalikan
semangatku untuk kembali menjalani kehidupan nyata, di saat mana aku menidurkan
kembali peri cantikku di awan putih yang empuk, yang membawanya terbang
keliling dunia.
Hanya
sekedar cerita, bahwa ketika tak ada bintang di sekitarmu, ketika engkau tak
mendapat dukungan dan semangat dari siapa pun, sesungguhnya ada bintang kecil
yang selalu bisa kau hidupkan dalam benak
dan hatimu, yang akan menyalakan kembali semangatmu, dan membuatmu tersenyum.
Kepada bintang kecil, peri cantik dalam hatiku. 10-01-14.
Kepada bintang kecil, peri cantik dalam hatiku. 10-01-14.
Halo mba Vivera...nice post mba =)
ReplyDeleteThx atas apresiasinya Anita Apriliani
ReplyDelete