Wednesday, June 22, 2016

Jadilah dirimu sendiri :)




Image: Lupytha Hermin

Bunda, bolehkah aku duduk disini sejenak bersamamu? Disini nyaman dan tenang, dan aku senang melihat wajahmu yang teduh, yang melepaskanku dari riuhnya kehidupan, yang membiarkanku menjadi diriku sendiri, tanpa keharusan untuk patuh pada peraturan umum, peraturan tak tertulis yang justru lebih menyakitkan, yang disebut “penilaian masyarakat”.
Bunda, orang bilang aku manusia tak lazim, seseorang yang terlalu tak perduli dengan keluarga dan lingkungan, tak punya waktu untuk mengobrol dengan tetangga sebelah, terkadang lupa untuk tersenyum pada penjual pulsa di ujung jalan. Akulah orangnya, yang hanya sekadar hadir dalam acara keluarga, tapi tak terlibat dalam kehebohan di dalamnya, tak terlibat dalam senda gurau saling ejek dan pamer barang, dan memilih untuk duduk sendirian di pojok ruangan, asyik dengan buku bacaan.
Orang bilang aku aneh, karena lebih senang bepergian sendiri tanpa kawan ketimbang berjalan berkelompok bersama teman dan sahabat. Orang bilang aku mahluk ajaib, karena seringkali tampak resah berada lama-lama dalam pesta dan keramaian. Orang bilang aku a-sosial karena tidak tahu berita terkini tentang pernikahan seorang ustadz kaya raya atau rencana pernikahan ketiga seorang artis yang selalu membuat sensasi.
Bunda, aku tahu bahwa engkau tidak akan berkomentar sepatah kata pun dan hanya akan tersenyum mendengar ceritaku tadi. Hanya tatapanmu yang mengatakan bahwa engkau mengerti. Selalu terulang. Aku merasa dipahami….
Hello sayangku, kamu resah ‘kan? Ambil minum gih, segelas air putih hangat yang akan menenangkanmu, lalu duduklah di sampingku. Kita ngobrol.

Hmm, sekali lagi, penilaian masyarakat, penilaian umum yang melihat sosok dirimu sebagai seseorang yang “tidak umum” dan “tidak biasa”. Kan sudah kubilang: jadilah dirimu sendiri, dan abaikan penilaian umum. Kamu akan sangat letih mendengarkannya, karena dengan sangat menyesal harus kukatakan padamu bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat yang sarat penilaian dan maaf, terlalu banyak “ngurusin orang lain”.
Kata siapa kamu tidak lazim? Itu pernyataan paling menyakitkan telinga yang pernah kudengar, seolah-olah mencampakkan kamu dari dunia dan menganggapmu sebagai manusia abnormal. Padahal kamu sungguh normal, manusia biasa yang menurutku sangat perduli pada orang lain. Terbukti, kamu pergi ke rumah nenek X yang diam-diam kamu kunjungi untuk sekadar mendengarkannya bercerita tentang anak-anaknya, kamu pergi ke rumah seorang teman lama untuk minum teh sore hari, kamu prihatin dengan tukang kebun bertopi lebar yang tiap hari menyiangi rumput di dekat rumahmu, matamu berkaca-kaca melihat seorang tuna netra yang memainkan keyboard dengan piawai.
Dan aku tahu betul bahwa kamu sangat suka kalimat iklan “Kami beri bukti, bukan janji”. Artinya kamu tak mau hanya sekedar bilang “Kasihan….” dan tidak melakukan sesuatu pun yang berarti. Kalaupun kamu perduli, kamu akan melakukan sesuatu, dan tak perlu terlalu banyak membicarakannya.
Ah, tentu saja kamu tak sempat ngobrol dengan tetangga ataupun tersenyum pada tukang pulsa dan memberi salam. Bukankah kamu orang yang “tidak mau rugi”? Pikiranmu selalu penuh dengan banyak pertanyaan dan hal-hal baru, selalu penuh keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, sehingga terkadang kamu tidak berperhatian terhadap orang-orang di sekitarmu, tapi bukan berarti kamu tidak ramah ‘kan? 
Begitu juga dengan acara kumpul keluarga, apa yang bisa kamu sampaikan? Kamu merasa tidak ada sesuatu pun yang layak kamu pamerkan kepada orang lain, dan aku tahu, jangankan mengejek dan menghina, bicara basa-basi saja pun kamu merasa tidak kompeten ‘kan?
Baguslah, mendingan baca buku, sangat bermanfaat. Itu guru yang baik, dan mungkin bisa lebih memperkaya hati dan pikiranmu.
Soal bepergian sendiri, pada dasarnya aku sangat menghormati orang yang memilih untuk melakukan sesuatu sendiri. Bukankah bepergian ramai-ramai malahan sering membuat waktu habis karena saling tunggu dan pada akhirnya semua pihak tidak mendapatkan apapun selain pegal di kaki karena pergi ke toko atau mall tanpa membeli sesuatu pun….
Banyak memang orang yang senang pergi ke pesta, tapi untuk orang-orang seperti dirimu, busana pesta itu ‘kan memang menyiksa, sementara kamu sendiri orang “rumahan” yang selalu membutuhkan kenyamanan berbusana (kalau bisa semua baju dari katun, meskipun mudah kusut) dan juga sangat mencintai suasana tenang.
Hmm, info selebriti….tentu saja kamu tak tahu berita terkini. Bagaimana kamu tahu kalau kamu tak pernah menonton televisi? Bagimu, menyalakan televisi hanya supaya ada suara yang terdengar agar rumah tak terlalu sunyi. Jadi, kamu lebih sering “mendengar” televisi ketimbang menontonnya. Dan aku percaya, sesungguhnya meskipun hanya sekilas, kamu tahu kok berita-berita terkini, tak perlu terus menerus “nongkrongin “ media audio visual tersebut. Sayang waktu, terlalu berharga, banyak hal yang jauh lebih bermanfaat daripada sekadar mengetahui gosip terbaru selebritis.
Lalu siapa yang menyebut dirimu “tidak lazim”? Barangkali kamu memang tidak umum. Tapi apakah yang umum itu pasti benar? Rasanya tidak juga….

6 comments:

  1. wooow, pertam kali datang ke blognya Vivera ini jadi terkagum-kagumlah si bunda. Koq? Iya, pertama tulisannya begitu mengesankan, memang betul sekali kata Bunda di dalam postingan Viv ini,bahwa yang umum itu belum tentu dan belum pasti benar. Yeeaayy...yang kedua: keren lho nguprek sendiri tanpa mentor konkrit, jadi juga tuh header yang cantik, menarik dan challenge banget bikin ngiri pengen belajar juga... #emangbisabun?hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hello Bunda Yati. Dari dulu saya senang oprek-oprek, menenggelamkan diri dalam keasyikan, yang ujungnya menghasilkan sesuatu. Ada kepuasan tersendiri kalau berhasil menyelesaikannya dengan baik. Header blog, pengumuman GiveAway, apa saja, yang penting terus do something, daripada ngelamun. Ayo bunda, saya termasuk yang percaya bahwa umur bukan halangan untuk membuat sesuatu, apalagi sekarang semuanya dimudahkan oleh teknologi. Tar saya share cara buatnya ya bun, via inbox Facebook. Mudah kok.

      Delete
  2. Ya ...
    Jadilah diri sendiri ...

    Dan ... Diri sendiri yang semakin baik adalah diri sendiri yang selalu memperbaiki diri ...

    Salam saya

    ReplyDelete
  3. Postingannya betul sekali, Mbak.
    Karena kita bebas melakukan apa pun ya, asalkan kita bahagia dan tidak merugikan orang lain. Great :)

    ReplyDelete
  4. Kalau menurut saya hidup itu adalah kompromi. Di mana kita punya keinginan, sedangkan orang lain punya ekspektasi dan dengan demikian keduanya harus dicarikan jalan tengah.

    Menjadi diri sendiri itu jelas merupakan modal dasar untuk menjalani hidup yang bahagia. Akan tetapi, karena kita tidak hidup seorang diri, kadang kita harus melakukan penyesuaian dengan orang lain. Boleh dibilang sebagai "personality adjustment".

    Yang terpenting, dalam hidup ini kita harus berdialog dengan pihak lain untuk menghindari terjadinya konflik. :)

    ReplyDelete