Wednesday, July 13, 2016

Lebaran Mengharu Biru

Vivera Siregar & Sandi Siregar



"Saya adik bungsu pak Sandi Siregar. Usia saya dengannya terpaut 19 tahun. Jadi dia lebih merupakan guru bagi saya ketimbang abang. Seingat saya, semasa saya kecil, dialah yang banyak membelikan saya buku cerita dan membacakan kisah-kisah nabi untuk saya. Mungkin karena itulah saya jadi gemar membaca. Semakin saya besar, semakin saya tahu bahwa abang saya itu seorang pembelajar, penggemar buku sejati. Setiap kali ada waktu luang setelah selesai mengajar di Jakarta, dia mampir ke tempat kegemarannya (dan juga kegemaran saya): Periplus atau Kinokuniya. Koleksi bukunya banyak, termasuk bundel komik Asterix dan Obelix kegemarannya.
Karena kami semua lahir di Madiun (pindah ke Bandung setelah saya lahir), maka yang paling jelas terdengar aksen jawanya ketika berbicara tentulah abang saya itu. Iya, ngomongnya kejawa-jawaan tapi darahnya kental Batak. Sepanjang pengetahuan saya, abang saya itu sangat Batak. Dia sangat tahu tanggung jawabnya sebagai anak sulung laki-laki, sebagai abang dari 2 adik laki-laki dan 3 adik perempuan. Seperti ayah kami, setiap kali ada masalah, dia selalu mengajak untuk membicarakannya bersama di meja bundar, sangat demokratis. Dia mendengarkan cerita berbagai pihak, lalu setelah itu menyatakan pendapatnya, jernih, logis, tidak memihak. Jadi kami terbiasa bicara, berpendapat, boleh setuju ataupun tidak atas sesuatu hal.
Dialah yang mempertahankan kebiasaan ayah kami (setelah ayah berpulang tahun 1990) untuk selalu berkumpul di rumah ibunda setiap lebaran. Setelah ibunda berpulang tahun 2011, setiap lebaran kami semua berkumpul dirumahnya, di Ciumbuleuit Bandung, semuanya, beserta anak-anak. Apakah hanya berkumpul, lalu makan bersama? Tidak. Setiap anggota keluarga diharuskan bicara, mengungkapkan perasaan, menyampaikan permintaan maaf. Setelah semua bicara, dia akan menutupnya dengan kesimpulan, sebagai yang tertua.
Iya, dia yang tertua, dan saya yang termuda di antara kami berenam. Maka saya selalu merasa diperlakukan seperti adik kecil olehnya Sewaktu kecil selalu diajak jalan-jalan, disayang, dimaklumi.
Belakangan ini saya agak sering bertemu dengannya karena dia banyak di rumah. Rasanya dia lebih banyak bicara, tak hanya mencium pipi saya dan bertanya:"Hmm, Vi, dari mana?". Asli, biasanya hanya segitu, sampai saya pamit pulang 
Saya jadi paham, selama ini dia sibuk dengan pekerjaannya, jadi tak sempat ngobrol. Kepalanya selalu penuh ide, sarat dengan materi yang akan disampaikannya di ruang kuliah.
Setelah pensiun, dia punya lebih banyak waktu untuk ngobrol santai, untuk jalan-jalan. Tiga minggu lalu kami pergi berlibur bersama ke Ciwidey. Tempatnya bagus sekali. Saya sempat memotret abang saya beberapa kali.
Tampaknya dia menikmati masa pensiunnya setelah letih bekerja berpuluh tahun. Dia pensiun bulan Juni lalu. Baru 7 bulan.

Jumat pagi, saat saya mendengar dia berpulang ke Rahmatullah. Saya tahu, abang sulung saya itu perlu istirahat yang lebih panjang, lebih abadi.
Kemarin pagi saya stalking akun Facebook abang saya, membaca seluruh testimoni orang-orang yang mengenal dirinya. Pandangan saya memburam oleh bening yang nyaris menetes. Saya bangga menjadi adiknya. Sangat....

Tiba-tiba saya merindu : "Hmm Vi, darimana?" yang singkat itu. Tak ada kalimat lain. Cukup. Karena komunikasi itu tak hanya dalam bentuk verbal, dan kedekatan hati itu tak mesti berupa obrolan riuh. Karena rasa nyaman itu tak hanya ada dalam keramaian, tapi bisa jadi juga ada dalam keheningan.

Selamat beristirahat, abang tercinta.
Cium tangan, penuh hormat."



Sandi Siregar

Tulisan dan foto di atas adalah update status yang saya tulis tanggal 31 Januari, dua hari setelah abang saya wafat. Enam bulan sudah berlalu, melintasi Ramadhan yang selalu dirindukan kehadirannya, lalu lebaran. Dan lebaran -bagi kami sekeluarga- adalah berkumpul di rumah abang tertua, kali ini tanpa beliau.
Bisa dibayangkan bagaimana suasana menjadi mengharu biru ketika tiba "sesi bicara". Seperti biasa, masing-masing anggota keluarga bicara, curhat, menyampaikan permohonan maaf, mengatakan yang ingin diungkapkan kepada anggota keluarga lainnya. Ini "upacara" lebaran yang belum pernah saya temukan saat lebaran di tempat orang lain.
Dulu semasa remaja, acara ini selalu membuat saya cemas, karena saya segan bicara di depan orang banyak. Sekarang, inilah acara keluarga yang paling saya syukuri, karena inilah tempat saya berlatih "public speaking". Acara inilah yang membiasakan diri saya untuk berani bicara di depan umum. Lha bagaimana saya bisa menjadi guru dan tutor workshop kalau bicara terbata-bata di hadapan banyak orang? Sayangnya saya belum pernah berterima kasih kepada abang sulung saya yang membudayakan hal ini dalam keluarga sehingga menjadi pelajaran yang sangat bermanfaat bagi saya.

Lebaran kali ini, saya duduk di kebun belakang rumah abang saya. Banyak ingatan akan dirinya yang tiba-tiba menyeruak. Public speaking dalam acara keluarga hanyalah salah satu pelajaran sederhana yang diturunkannya kepada seluruh keluarga. Dia bukan hanya dosen, bukan hanya profesor bagi murid-muridnya di jurusan Arsitektur. Seluruh hidupnya berisi pelajaran yang tak secara formal diberikannya dalam kelas. Dialah seorang profesor yang sebelum pergi kemana pun selalu menelpon ibunya untuk berpamitan. Dialah yang setiap pesta dan acara keluarga tak banyak bicara dengan orang lain (dan pastinya jadi terhindar dari peluang untuk membicarakan orang lain). Dialah yang rumahnya merangkap kantor, yang dindingnya penuh dengan deretan buku-buku yang tersusun rapi, buku-buku yang diambilnya setiap kali dia memberi referensi kepada muridnya yang terkadang letih tak bersemangat menyelesaikan tugas akhir mereka.
Pak Sandi, abang saya itu, adalah seseorang yang "asyik dengan dirinya sendiri", senang menata, senang melewatkan hari libur di "toko inspiratif" serupa Ace Hardware dan Ikea.
Ah ya, rumah yang saya tempati sekarang, itu pun hasil karyanya. Saya ingat, ketika itu saya datang ke rumahnya, memintanya untuk mendisain rumah untuk saya, dan sambil ngobrol di meja makan, dia bikin coretan-coretan di kertas, yang diberikannya pada saya ketika saya akan pulang. Satu hal yang tidak akan pernah saya lupakan adalah ucapannya: "Ada aturan untuk membangun rumah yang baik, sekian meter dari tepi jalan tuh harus dikosongkan. Bagian belakang rumah juga sebaiknya ada halaman, supaya udara mengalir dengan baik. Rumahmu jadi kecil karena ada halaman depan dan belakang? Ah, biar saja rumah tetanggamu besar, tapi dia 'kan gak punya halaman rumah seperti kamu. Biar saja rumah tetanggamu menghabiskan seluruh lahan sampai ujung depan, tapi kan dia melanggar aturan yang seharusnya dipatuhi. Rumahmu harus menjadi rumah yang nyaman untukmu, rumah yang sehat, rumah yang baik, bukan cuma sekadar bagus dan mewah. Kamu harus bikin area resapan, pembuangan limbahnya tidak boleh membuat orang lain jadi susah."


Rumah saya

Bukankah yang dikatakannya itu adalah respek kepada orang lain? Bukankah kita hidup memang selayaknya demikian? Bukankah kita hidup memang sebaiknya berlaku santun dan menghormati sesama, tak melulu hanya mementingkan diri sendiri saja.
Begitulah, satu persatu pelajaran yang ditinggalkannya saya ingat kembali. Abang sulung saya meninggalkan sangat banyak contoh perilaku untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Bagaimana dia melewatkan tiga perempat usianya dengan mengajar di Universitas Katolik, dan menyeimbangkannya dengan turut membangun Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Balance. Seimbang.
Rasanya masih saya dengar dengan nyata kesaksian seorang dokter pada saat abang saya wafat: "Kelak, seluruh dinding Rumah Sakit Al-Islam dan masjidnya akan bersaksi, bahwa mereka dibangun oleh pak Sandi Siregar."

Begitulah. Seperti juga status yang saya tuliskan 5 tahun lalu saat ibu saya berpulang, kali ini juga sama, kalimat yang membuat saya sangat berbesar hati: "Seseorang yang kita cintai itu sesungguhnya tidak pernah pergi meninggalkan kita, dia hanya berubah menjadi kenangan."
Ya, seluruh kenangan tentang kebaikan seseorang, adalah amanah yang ditinggalkannya untuk dilanjutkan.

Lebaran kali ini, memang lebih sendu dari biasanya, tapi juga membuka mata hati terhadap banyak hal lain, tentang rangkaian pelajaran, yang tak akan pernah didapatkan di bangku sekolah.

Saya tidak akan berhenti menjadi mahasiswa di Universitas Kehidupan.



Kamar menghadap ke halaman belakang





9 comments:

  1. sosok yg sangat inspiratif mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, banyak pelajaran yang ditinggalkan, untuk dilanjutkan :)

      Delete
  2. wah pastinya sedih ya mbak, orang yang paling dekat dan bisa diajak curhat meninggalkan kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget, padahal semasa hidupnya, saya gak pernah curhat kepadanya. Hanya sesekali bertanya atau konsultasi soal rumah dan penataan. Lebih banyak diam, tapi banyak memberi pelajaran dengan sikap dan tingkah lakunya. Makasih ya sudah mampir.

      Delete
  3. Mengenang kakak yang bersahaja dengan cara yang luar biasa. Walaupun raganya tak lagi di dunia, tapi kenangannya sellau ada di hati kita ya mbak. Semoga Allah menerima amal ibadah almarhum.
    and btw, tradisi untuk bicara di pertemuan keluarga, itu luar biasa mbak. Keren banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey halooo, terima kasih sudah mampir. Aamiin untuk doanya. Kenangan-kenangan yang baik itu menjadi amanah untuk dilanjutkan sebagai amal kebaikan.

      Delete
  4. Turut belasungkawa Dik Vive, btw saya baru tahu Dik Vive adik dari Pak Sandy. Jasa dan karya adalah keabadian yang mengalirkan pahala di kehidupan abadi... Aduhhh, kapan ya bisa ketemuan rada lama dengan Dik Vive. Sekali-kalinya ketemu waktu bareng Dik Efi di BIP itu yaaa, padahal pengen nanya foto graphy and everything.... salam

    ReplyDelete
  5. Halo, nama saya Sulis Susanti dari Indonesia, saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih yang asli di perusahaan pinjaman palsu.
    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, aku jatuh korban penipuan oleh beberapa perusahaan pinjaman online, karena saya perlu sebuah perusahaan pinjaman yang jujur.

    Aku hampir menyerah, tidak sampai saya mencari nasihat dari seorang teman yang kemudian mengarahkan saya untuk pemberi pinjaman pinjaman yang sangat handal JOY WILSON LOAN FIRM, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari 750 juta rupiah dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres pada tingkat bunga rendah dari 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah pinjaman yang saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan, karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres.

    Saya ingin Anda yakin dan percaya diri bahwa ini adalah asli karena saya memiliki semua bukti pengolahan pinjaman ini termasuk kartu id, dokumen perjanjian pinjaman dan semua kertas kerja. Saya percaya Ibu Joy Wilson sepenuh hati karena dia telah benar-benar membantu dalam hidup saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan hubungi perusahaan melalui email: (joywilsonloanfirm@gmail.com)
    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (sulissusanti971@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman

    ReplyDelete
  6. Isabel Johnson.
    !! KABAR BAIK DARI ISABEL JOHNSON PINJAMAN

    SOLUTIONS

    PERUSAHAAN !!
    Sir / Madam,
    penawaran Isabel Johnson National Pinjaman Solusi

    Perusahaan
    aman dan tidak aman pinjaman pribadi kepada pelanggan

    untuk
    tujuan apapun, untuk memulai bisnis baru, membayar

    pajak atau utang,
    mulai kontrak. pinjaman kami juga diasuransikan untuk

    maksimum
    keamanan dan itu adalah metode transfer online.

    10,000.00
    USD 10.000.000,00 pinjaman untuk USD dengan tingkat

    bunga 2%,
    pinjaman dilunasi dalam jangka waktu 1 dan 20 tahun,

    pinjaman
    tersedia untuk tujuan apapun mengisi formulir di bawah

    ini sebagai
    langkah pertama untuk memperoleh pinjaman dari kami.

    Khawatir lagi
    karena kita berada di sini untuk menawarkan pinjaman

    bunga rendah.
    Jika Anda memahami negara yang ramah ENGLISH untuk

    memfasilitasi
    komunikasi.
    Pinjaman Formulir Aplikasi:

    NAMA LENGKAP: _________________________________

    ALAMAT: ___________________________________

    COUNTRY: ___________________________________

    SEKS:__________________________________________

    USIA:__________________________________________

    KOTA:__________________________________________

    NEGARA:________________________________________

    KERJA: ________________________________________

    JUMLAH DIPERLUKAN: ____________________________

    PINJAMAN TUJUAN: _______________________________

    WAKTU PINJAMAN JANGKA: ____________________________

    PENDAPATAN BULANAN: ___________________________

    PHONE: _______________________________________

    Informasi lebih lanjut tentang kami akan dikirim kepada

    Anda setelah kami
    menerima aplikasi pinjaman Anda.
    aplikasi pinjaman Anda sangat dihargai.
    Silahkan hubungi kami melalui E-mail:
    Isabelloancompany@gmail.com
    Isabel Johnson.

    ReplyDelete