Wednesday, October 19, 2016

Bintang

Tadi malam aku melihat bintang di langit. Hanya satu, dan cahayanya redup. Tapi tidak masalah, bagiku bintang adalah bintang, redup atau pun cemerlang, tetap memberi cahaya bagi yang membutuhkan.
Demikian juga dalam kehidupan. Ada orang-orang yang menjadi bintang dalam hidupku. Manusia-manusia yang hadir di saat-saat aku merasa letih atau berada dalam kegelapan, menemaniku sampai tiba di tempat yang lebih terang dan lebih nyaman. Mereka mungkin tak serupa kaum selebritis yang memang selalu menjadi bintang dan pusat perhatian dimana pun berada. Mungkin hanya sesosok manusia sederhana dengan pakaian bersahaja dan pemikiran yang simpel-simpel saja. Tapi dialah yang berada di dekatku pada saat aku bermasalah, dialah yang memberi solusi sederhana dari pemikiranku yang seringkali “ruwet duluan”. Bintang itu, bisa jadi hanya seseorang yang selalu bisa membuatku tertawa, atau paling tidak tersenyum, sehingga hidup tak lagi terasa sedemikian berat untuk dijalani. Atau bisa jadi juga, sang bintang adalah seorang kanak-kanak yang dengan sikap manisnya, dengan tatapan matanya yang bersinar, dengan tawanya yang lebar, membuat hariku menjadi cerah ceria dan lebih bercahaya.
Tapi sayangnya, para bintang ini terkadang tak sadar kalau dia sungguh berarti bagi orang lain, atau mungkin kurang peka, atau barangkali waktunya tidak pas, sehingga dia tak selalu hadir di saat sangat dibutuhkan. Yaah, seperti berjalan di malam gelap sajalah, kan tidak setiap saat ada bintang yang menemani.
Hmm, aku jadi ingat seorang bocah virtual. Ha? Virtual? Ya, dia sungguh tidak nyata, tak ada dalam kehidupan, tak hadir dalam realita. Tapi sangat hidup dalam benak, impian dan anganku. Seorang gadis kecil, balita, berkulit putih, berhidung mancung, beralis tebal dan bermata besar dan berambut ikal. Cantiknya luar biasa, seperti peri. Dia senang bermain di halaman, melihat bunga-bunga di taman, mengejar kucing, bermain dengan kelinci. Kalau dia dilarang bermain di luar, dia akan sangat sedih, karena dia suka alam, suka rerumputan dan embun pagi dingin yang membasahi kakinya. Setiap kali dia tersenyum, matanya berkilau ikut tertawa.
Fiuh, gadis kecil ini memang membuat orang yang melihatnya jatuh cinta. Aku mencintainya dengan sangat. Lha itu terbukti, dia begitu hidup dalam benak dan hatiku. Kuberi dia nama yang cantik, agar aku bisa memanggilnya setiap kali aku merindukannya. Wew, merindukannya? Iya. Ketika aku merasa tak ada seorang pun bintang  yang menemaniku dalam kegelapan, tak pernah tidak, selalu kuingat putri cantikku ini. Mengingatnya selalu membuat hatiku melembut, selalu menyenangkan dan menenteramkan. Siapa sih yang tak senang membayangkan kehidupan harian seorang gadis kecil yang cantik seperti putri?
Aku tahu dan sadar kok bahwa dia khayali, dan tak ada di mana-mana. Tapi setidaknya, berjalan-jalan di taman angan dan impian itu membuatku tersenyum, mengembalikan semangatku untuk kembali menjalani kehidupan nyata, di saat mana aku menidurkan kembali peri cantikku di awan putih yang empuk, yang membawanya terbang keliling dunia.

Hanya sekedar cerita, bahwa ketika tak ada bintang di sekitarmu, ketika engkau tak mendapat dukungan dan semangat dari siapa pun, sesungguhnya ada bintang kecil yang selalu  bisa kau hidupkan dalam benak dan hatimu, yang akan menyalakan kembali semangatmu, dan membuatmu tersenyum.

Kepada bintang kecil, peri cantik dalam hatiku. 10-01-14.

No comments:

Post a Comment