Ini Indira, dia sesama juru foto yang tergabung di grup Facebook Rumah Kayu Fotografi. Tahun lalu, saya pergi bersamanya menjelajah Bromo. Berada di kendaraan yang sama selama berjam-jam, tentu menjadi akrab karena mengobrol tentang segala macam, dari mulai agama sampai tentang orang-orang yang dicintai. Sebetulnya tujuannya agar teman yang menyupir tidak mengantuk, tapi teman yang satu ini pendiam bukan main, dan asyik berkonsentrasi melihat jalan di depannya, sehingga akhirnya yang mengobrol hanya saya dan Indira, hehe.
Minggu lalu Indira menikah, saya hadir di pesta pernikahannya di Jakarta. Dan pagi tadi dia sengaja mengirim pesan via whatsapp, menanyakan alamat rumah saya, untuk mengirimi saya kartu pos, dari tempat dia honeymoon.
Wow, rasanya tersanjung banget. Saya memang bilang pada teman-teman bahwa saya mulai melanjutkan lagi hobby saya sejak remaja yang sudah tertunda bertahun-tahun. Sejak beberapa bulan lalu saya mulai lagi mengumpulkan kartu pos, dari siapa pun, dari mana pun. Dan Indira adalah salah satu teman yang saya beritahu tentang hal ini. Tapi bahwa dalam perjalanan honeymoon dia ingat akan hal itu dan sengaja mengirim kartu pos dari sana? Aduh, baik banget. Lalu menyengaja pula menanyakan alamat rumah saya pada saat akan mengirimkan kartu pos tersebut. Ini teman apa malaikat? :)
Tapi memang perasaan itu yang dulu membuat saya begitu gembira menerima kartu pos dari teman-teman di berbagai kota dan negara. Perasaan bahwa ada seseorang yang mengingat saya, sengaja melangkah ke kantor pos dan bercerita serba sedikit tentang dirinya (iyalah, kolom berita di kartu pos kan sempit, tidak banyak yang bisa dituliskan, kecuali kalau tulisannya kecil-kecil).
Apalagi sekarang, ketika hampir semua orang menggunakan internet untuk berkomunikasi, pesan singkat, whatsapp, line, cacao talk, we chat dan entah apa lagi. Maka kartu pos adalah benda yang sangat berharga, karena di jaman serba cepat ini dikirimkan dengan cara yang lambat. Anti mainstream, haha.
Memang ada sih bedanya menjadi kolektor kartu pos sekarang dan dulu. Kalau dulu, tentu pengirimnya adalah orang yang sudah dikenal, teman baik, sahabat, saudara, kerabat, yang tinggal atau pergi ke tempat-tempat jauh. Melihat satu persatu koleksi kartu pos jaman dulu berarti membuka kembali rangkaian kenangan akan orang yang mengirimkannya, dan pasti kenangan yang baik. Ya iyalah, orang yang sengaja mengirimkan kartu pos pasti baik hati :)
Jaman sekarang, dengan adanya Postcrossing, saya akan menerima kartu pos dari berbagai kota dan negara dari orang-orang yang justru belum pernah saya temui. Tentu berbeda 'rasa-nya' dengan yang telah saya tuliskan di atas tadi, soalnya ketika dia mengirimkan kartu pos kepada saya, dia tidak mengingat wajah saya dengan baik, 'kan nggak kenal dan belum pernah ketemu, wkwkwk.
Tapi memang perasaan itu yang dulu membuat saya begitu gembira menerima kartu pos dari teman-teman di berbagai kota dan negara. Perasaan bahwa ada seseorang yang mengingat saya, sengaja melangkah ke kantor pos dan bercerita serba sedikit tentang dirinya (iyalah, kolom berita di kartu pos kan sempit, tidak banyak yang bisa dituliskan, kecuali kalau tulisannya kecil-kecil).
Apalagi sekarang, ketika hampir semua orang menggunakan internet untuk berkomunikasi, pesan singkat, whatsapp, line, cacao talk, we chat dan entah apa lagi. Maka kartu pos adalah benda yang sangat berharga, karena di jaman serba cepat ini dikirimkan dengan cara yang lambat. Anti mainstream, haha.
Memang ada sih bedanya menjadi kolektor kartu pos sekarang dan dulu. Kalau dulu, tentu pengirimnya adalah orang yang sudah dikenal, teman baik, sahabat, saudara, kerabat, yang tinggal atau pergi ke tempat-tempat jauh. Melihat satu persatu koleksi kartu pos jaman dulu berarti membuka kembali rangkaian kenangan akan orang yang mengirimkannya, dan pasti kenangan yang baik. Ya iyalah, orang yang sengaja mengirimkan kartu pos pasti baik hati :)
Jaman sekarang, dengan adanya Postcrossing, saya akan menerima kartu pos dari berbagai kota dan negara dari orang-orang yang justru belum pernah saya temui. Tentu berbeda 'rasa-nya' dengan yang telah saya tuliskan di atas tadi, soalnya ketika dia mengirimkan kartu pos kepada saya, dia tidak mengingat wajah saya dengan baik, 'kan nggak kenal dan belum pernah ketemu, wkwkwk.
Bisa jadi, pengirim kartu pos tersebut kemudian menjadi teman baik yang berkelanjutan, sehingga bukan hanya sekadar mengirim satu kali, tapi juga saling mengingat di saat-saat yang lain dan tetap saling berkirim kartu pos. Tampaknya itu yang terjadi di Komunitas Postcrossing Indonesia, karena sering mengobrol, maka terjalin pertemanan yang baik.
Berteman, dengan siapa pun juga, selalu menyenangkan. Dan ternyata, mengumpulkan kartu pos, adalah salah satu cara untuk menambah pertemanan dan menjalin silaturahmi, serta memperkaya hati. Nah ini, seperti pertemanan saya dengan Indira, yang baik hati.
Berteman, dengan siapa pun juga, selalu menyenangkan. Dan ternyata, mengumpulkan kartu pos, adalah salah satu cara untuk menambah pertemanan dan menjalin silaturahmi, serta memperkaya hati. Nah ini, seperti pertemanan saya dengan Indira, yang baik hati.
No comments:
Post a Comment