Ada kaki di blog saya. Iya, foto sepasang kaki yang akhirnya saya dapatkan setelah ngobrak-ngabrik beberapa SD card yang dikeluarkan dari dua kamera. Ciri fotografer sejati 'kan? Beuh, alasan! Tapi serius ini. Seorang fotografer itu senang memotret apa saja yang dilihat, senang sudah meng-capture momen (bahasa Indonesia apa ini? Sungguh tak jelas), tapi tak rajin memindahkan foto-foto tersebut ke tempat yang semestinya. Selalu saja pulang ke rumah dengan gembira karena merasa sudah mengabadikan momen-momen cantik, dan membiarkannya bertimbun di dalam SD card. Lupa. Lalu memulai hari esok dengan pergi lagi, motret lagi, tidur dengan bahagia, lupa lagi.
Mungkin hanya saya saja yang pemalas seperti itu, fotografer lainnya sih kayanya rajin. Kan di setiap kelompok dan golongan ada oknum, nah itu saya. Dengan besar hati saya mengakuinya. Untuk apa saya jaga imej, menunjukkan sikap seolah rajin, padahal tersiksa setengah mati untuk tetap menampilkan kerajinan di depan orang lain. Capek. Ya sudah, seadanya diri ini sajalah, dicap tak rajin pun tak apa-apa. Saya memang selalu kekurangan waktu untuk melakukan banyak hal sekaligus.
Kembali ke foto kaki di blog saya, berkat foto inilah saya jadi meluangkan waktu seharian untuk membereskan satu SD card 16 GB dan memilah foto-foto menjadi folder-folder yang lebih rapi dengan nama yang mudah diingat sehingga saya bisa mengakses foto yang saya butuhkan dengan lebih cepat. Ya ampun, ada ratusan foto yang harus saya pilah. Pekerjaan ini menyita waktu lebih banyak, karena yang harus saya lakukan bukan hanya sekadar menjebloskan foto-foto tersebut ke folder, tapi memilihnya terlebih dulu, yang terbaik dari foto-foto yang diambil dengan beberapa jepretan, selebihnya buang saja.
Hah dibuang? Iya. Mau diapain lagi? Jangan baper lah, bawa perasaan, bahwa itu foto kenangan, bahwa itu foto yang cantik, bahwa momen tak akan terulang. Sudahlah, untuk soal memilah foto, fotografer harus bisa move on, hahaha. Kan sudah punya stok, sudah ada yang disimpan dengan baik, ya sudah.
Mungkin hanya saya saja yang pemalas seperti itu, fotografer lainnya sih kayanya rajin. Kan di setiap kelompok dan golongan ada oknum, nah itu saya. Dengan besar hati saya mengakuinya. Untuk apa saya jaga imej, menunjukkan sikap seolah rajin, padahal tersiksa setengah mati untuk tetap menampilkan kerajinan di depan orang lain. Capek. Ya sudah, seadanya diri ini sajalah, dicap tak rajin pun tak apa-apa. Saya memang selalu kekurangan waktu untuk melakukan banyak hal sekaligus.
Kembali ke foto kaki di blog saya, berkat foto inilah saya jadi meluangkan waktu seharian untuk membereskan satu SD card 16 GB dan memilah foto-foto menjadi folder-folder yang lebih rapi dengan nama yang mudah diingat sehingga saya bisa mengakses foto yang saya butuhkan dengan lebih cepat. Ya ampun, ada ratusan foto yang harus saya pilah. Pekerjaan ini menyita waktu lebih banyak, karena yang harus saya lakukan bukan hanya sekadar menjebloskan foto-foto tersebut ke folder, tapi memilihnya terlebih dulu, yang terbaik dari foto-foto yang diambil dengan beberapa jepretan, selebihnya buang saja.
Hah dibuang? Iya. Mau diapain lagi? Jangan baper lah, bawa perasaan, bahwa itu foto kenangan, bahwa itu foto yang cantik, bahwa momen tak akan terulang. Sudahlah, untuk soal memilah foto, fotografer harus bisa move on, hahaha. Kan sudah punya stok, sudah ada yang disimpan dengan baik, ya sudah.
Nah, ini dia pemilik kaki di foto yang menjadi header blog saya, kaki siapa lagi kalau bukan kaki Haifa? Dia putri saya, model abadi saya, yang selalu saya taruh di mana-mana, seperti boneka Barbie, dengan berbagai latar. Saya ingat, foto ini diambil sehari setelah hiruk pikuk peringatan Afro Asian Conference beberapa bulan lalu. Warnanya asli, bukan hasil editing dengan software entah apa. Hanya di crop bagian atas karena ada palang pintu yang mengganggu pemandangan saya. Sudah, hanya itu saja. Sisanya, biarkan pose dan latar yang bercerita. Latar ini memang bagus, bladus-bladus karena tidak terurus, tapi jadi seperti filem Korea Dia putri saya, model abadi saya, yang selalu saya taruh di mana-mana, seperti boneka Barbie, dengan berbagai latar. Saya ingat, foto ini diambil sehari setelah hiruk pikuk peringatan Afro Asian Conference beberapa bulan lalu. Warnanya asli, bukan hasil editing dengan software entah apa. Hanya di crop bagian atas karena ada palang pintu yang mengganggu pemandangan saya. Sudah, hanya itu saja. Selebihnya, biarkan pose dan latar yang bercerita. Latar ini memang bagus, bladus-bladus karena tidak terurus, tapi jadi seperti filem Korea yang dibintangi Lee Min Ho, wkwkwk.
Foto inilah yang saya pakai sebagai header blog. Bagian atas foto saya crop lagi (maaf ya Haifa, dikerat-kerat fotonya). Sudah deh. Jadilah foto untuk header yang bagi saya cukup mewakili "walking, look around, learn"
Terlihat agak lapuk dan kuno ya? Gak apa-apa. Bukankah foto yang tampak kekunoan itu sekarang sedang hits dan disebut kekinian.
Begitulah.
Foto inilah yang saya pakai sebagai header blog. Bagian atas foto saya crop lagi (maaf ya Haifa, dikerat-kerat fotonya). Sudah deh. Jadilah foto untuk header yang bagi saya cukup mewakili "walking, look around, learn"
Terlihat agak lapuk dan kuno ya? Gak apa-apa. Bukankah foto yang tampak kekunoan itu sekarang sedang hits dan disebut kekinian.
Begitulah.
No comments:
Post a Comment