Wednesday, November 16, 2016

Kelabu

Sore ini aku mengenakan baju tidur warna kelabu. Karena aku teringat 
kamu? Mungkin. Apa hubungannya daster kelabu dan ingatan tentang 
dirimu? Cuma aku yang tahu, tak seorang pun lainnya. Barangkali kamu 
tahu? Mungkin.... 
Kelabu. Setahu aku, itu warna kesukaanmu. Bertahun lalu pernah kau 
katakan itu padaku. Bagiku, itu warna ragu, warna yang tak pasti, 
campuran dari dua warna kesukaanku, hitam dan putih. Aku tak pernah 
tahu kenapa kamu menyukainya. Beberapa sweatermu juga berwarna kelabu. 
Apakah karena kamu selalu ragu? Atau karena hidupmu sendu? 
Ya, kelabu itu identik dengan kemuraman, dengan awan bergumpal 
menjelang hujan, dengan mendung, yang nyaris tak mampu menahan hujan 
untuk menetes. 
Kelabu, barangkali, adalah tatapan sendu seorang pencinta, saat 
airmata hampir tumpah, ketika rindu membelenggu. 
Kelabu, bukan hitam dan bukan putih. Dia adalah ketidakpastian. Dia 
adalah rasa haru yang menelusup dalam hening malam tanpa gemintang. 
Mungkin kelabu adalah warna rindu, warna diri yang membisu dan penanda 
dari rasa ketidakmampuan yang akut. 
Dan sore ini aku mengenakan baju tidur berwarna kelabu, warna 
kesukaanmu, warna sendu, warna beku, menghantar beribu rindu, 
kepadamu....

No comments:

Post a Comment