Siang ini saya berjalan, seperti biasa. Karena saya tidak mengayunkan langkah pagi tadi, jadi saya harus membayarnya siang hari. Berjalan kaki, meskipun sudah menjadi kebiasaan, meskipun saya melangkah ke tempat yang itu-itu juga di sekitar rumah, selalu memberi saya pemandangan baru. Ya, selalu saja ada bunga merah atau ungu yang baru berbunga, atau ada anak bermain dengan temannya, atau mbak pengasuh yang sedang menyuapi gadis kecil usia tiga tahunan, atau bapak petani yang menyusur pematang hendak pulang ke rumahnya di tepian sawah.
Sawah? Ya. Dengan penuh kebahagiaan saya harus mengakui bahwa saya tinggal di desa. Yaaah, desa setengah kota gitu deh. Ada Alfamart, ada toko dan warung kecil dekat rumah, ada perumahan-perumahan yang baru dibangun, tapi juga masih ada sawah kecil dan kebun bunga potong.
Dulu, ketika saya baru pindah ke "desa" ini, sekitar 5 tahun lalu, kebun bunga potong di sekitar rumah saya lebih banyak lagi, ada bunga sedap malam, ada bunga kuning seperti daisy, ada bunga ungu kecil-kecil yang tak saya ketahui namanya. Kalau tiba musim panen, bunga-bunga tumbuh mekar setinggi betis, berderet-deret membentuk lautan bunga warna-warni.. Biasanya dipotong dan diikat. Kerap saya bertemu dengan ibu-ibu yang memanggulnya, atau ada yang mengangkutnya naik mobil kap, juga ada yang membawanya naik motor. Saya hampir tak pernah membiarkan ikatan bunga2 potong itu menganggur tanpa dipotret. Terlalu cantik untuk dibiarkan teronggok begitu saja di tepi jalan. Menurutku, bunga-bunga itu serupa wanita, kalau cantik ya tampak cantik meskipun belum dirangkai menjadi satu buket dengan pita dan aksesoris. Wanita juga begitu kan? Kalau memang cantik, meski tanpa polesan sedikit pun, akan tampak, apalagi orang-orang yang punya kelebihan kecantikan alamiah dari dalam dirinya, dan bukan hanya sekedar wajah dan fisik belaka. Cantik banget.
Kembali ke "desa" saya tadi. Sekarang ini, beberapa kebun bunga di sekitar rumah saya sudah menjadi perumahan, sehingga saya kehilangan pemandangan indah itu. Saya kira, sawah juga kelak akan mengalami nasib yang sama, menjadi perumahan.
Berarti kelak, saya akan kehilangan "desa" ini, dan berdirilah pohon-pohon beton serta besi. Yaah, setidaknya, saya sudah memotretnya, sebagai kenangan dan cerita bahwa tempat ini, di masa yang lalu, pernah menjadi kawasan yang sangat asri, pernah menjadi desa, sebelum berubah menjadi kota yang hiruk pikuk tanpa tanaman.
Sawah? Ya. Dengan penuh kebahagiaan saya harus mengakui bahwa saya tinggal di desa. Yaaah, desa setengah kota gitu deh. Ada Alfamart, ada toko dan warung kecil dekat rumah, ada perumahan-perumahan yang baru dibangun, tapi juga masih ada sawah kecil dan kebun bunga potong.
Dulu, ketika saya baru pindah ke "desa" ini, sekitar 5 tahun lalu, kebun bunga potong di sekitar rumah saya lebih banyak lagi, ada bunga sedap malam, ada bunga kuning seperti daisy, ada bunga ungu kecil-kecil yang tak saya ketahui namanya. Kalau tiba musim panen, bunga-bunga tumbuh mekar setinggi betis, berderet-deret membentuk lautan bunga warna-warni.. Biasanya dipotong dan diikat. Kerap saya bertemu dengan ibu-ibu yang memanggulnya, atau ada yang mengangkutnya naik mobil kap, juga ada yang membawanya naik motor. Saya hampir tak pernah membiarkan ikatan bunga2 potong itu menganggur tanpa dipotret. Terlalu cantik untuk dibiarkan teronggok begitu saja di tepi jalan. Menurutku, bunga-bunga itu serupa wanita, kalau cantik ya tampak cantik meskipun belum dirangkai menjadi satu buket dengan pita dan aksesoris. Wanita juga begitu kan? Kalau memang cantik, meski tanpa polesan sedikit pun, akan tampak, apalagi orang-orang yang punya kelebihan kecantikan alamiah dari dalam dirinya, dan bukan hanya sekedar wajah dan fisik belaka. Cantik banget.
Kembali ke "desa" saya tadi. Sekarang ini, beberapa kebun bunga di sekitar rumah saya sudah menjadi perumahan, sehingga saya kehilangan pemandangan indah itu. Saya kira, sawah juga kelak akan mengalami nasib yang sama, menjadi perumahan.
Berarti kelak, saya akan kehilangan "desa" ini, dan berdirilah pohon-pohon beton serta besi. Yaah, setidaknya, saya sudah memotretnya, sebagai kenangan dan cerita bahwa tempat ini, di masa yang lalu, pernah menjadi kawasan yang sangat asri, pernah menjadi desa, sebelum berubah menjadi kota yang hiruk pikuk tanpa tanaman.
No comments:
Post a Comment