Thursday, November 17, 2016

Merindu

Dear, aku bersyukur bahwa sekarang bukan lagi jamannya menulis surat 
dengan menggunakan pen dan kertas, sehingga kamu tidak perlu melihat 
tulisanku berubah memburuk karena tanganku bergetar saat menuliskan 
surat ini, dan juga tak melihat kertas yang bergelombang terkena 
tetesan airmataku yang tak sanggup kutahan, meluncur membasahi surat 
ini. 
Bersyukur bahwa ini sebuah surat elektronik, yang dikirim dengan 
teknologi canggih. Teknologi yang terus menggerus hati sehingga makin 
lama makin kaku seperti robot karena hanya mengandalkan logika. 
Teknologi yang bisa mengirimkan pesan tak sampai semenit, tapi tak 
mampu menyampaikan "rasa". 
Bersyukur, bahwa karena itu maka kamu tak bisa mengetahui perasaanku 
yang semestinya terkirim melalui kertas dan tinta. 
Ah, kamu memang tak perlu melihat butiran bening ini menetes, tak 
perlu ikut merasakan apa yang kurasa. Kamu cuma perlu mengetahui bahwa 
aku baik-baik saja. 
Biar kamu hanya tahu bahwa aku tetap tersenyum mengingatmu, tetap 
santai, tetap gembira. 
Kamu tak perlu tahu bahwa setiap kali kubisikkan namamu, mataku panas 
dibenam rindu tak terperi. 
Kerinduan yang menjejak terlalu dalam di bawah langkahku, dan selalu 
menyurutkan kenangan, mengaburkan pandanganku dengan kabut yang 
mengembun. 
Tidak, kamu tak perlu tahu, biar aku menelan rindu ini sendiri....

No comments:

Post a Comment