Dear, aku bersyukur bahwa sekarang bukan lagi jamannya menulis surat
dengan menggunakan pen dan kertas, sehingga kamu tidak perlu melihat
tulisanku berubah memburuk karena tanganku bergetar saat menuliskan
surat ini, dan juga tak melihat kertas yang bergelombang terkena
tetesan airmataku yang tak sanggup kutahan, meluncur membasahi surat
ini.
Bersyukur bahwa ini sebuah surat elektronik, yang dikirim dengan
teknologi canggih. Teknologi yang terus menggerus hati sehingga makin
lama makin kaku seperti robot karena hanya mengandalkan logika.
Teknologi yang bisa mengirimkan pesan tak sampai semenit, tapi tak
mampu menyampaikan "rasa".
Bersyukur, bahwa karena itu maka kamu tak bisa mengetahui perasaanku
yang semestinya terkirim melalui kertas dan tinta.
Ah, kamu memang tak perlu melihat butiran bening ini menetes, tak
perlu ikut merasakan apa yang kurasa. Kamu cuma perlu mengetahui bahwa
aku baik-baik saja.
Biar kamu hanya tahu bahwa aku tetap tersenyum mengingatmu, tetap
santai, tetap gembira.
Kamu tak perlu tahu bahwa setiap kali kubisikkan namamu, mataku panas
dibenam rindu tak terperi.
Kerinduan yang menjejak terlalu dalam di bawah langkahku, dan selalu
menyurutkan kenangan, mengaburkan pandanganku dengan kabut yang
mengembun.
Tidak, kamu tak perlu tahu, biar aku menelan rindu ini sendiri....
No comments:
Post a Comment