Thursday, November 17, 2016

Sore ini

Sore ini, aku kembali menyapamu Bloggie. Lama tak menulis di blog
membuat otakku sedikit beku. Maaf ya, meski namamu kuingat terus
"Follow your heart", tapi aku jarang menyapamu, jarang mengisimu,
jarang bercerita kepadamu, tentang hal2 sederhana dalam hidupku,
tentang rinduku yang kerap membuncah, tentang apapun yang kurasakan.
Dan sore ini, dalam heningku, kusapa kamu kembali, agar benakku
kembali menghangat, dan mengencer.
Aku baru saja menyiram tanaman. Sudah beberapa sore kulihat tanah di
halaman depan rumah retak kepanasan, dan baru sore ini aku sempat
"main air" menyiramnya.
Saat air jernih keluar dari selang, kulihat rerumputan yang mulai
menguning itu basah kehijauan, tampak segar.
Aku ingat guruku pernah mengajariku untuk berdoa ketika menyiram
tanaman, dan melakukannya dengan penuh cinta. "Lihat saja hasilnya
nanti, tanamannya akan jadi subur karena kamu melakukannya dengan
cinta."
Ya, aku tahu itu, dan sudah sangat sering mengalaminya. Dulu, sewaktu
tinggal di rumah kontrakan, aku menanam di petak kecil di depan rumah,
dan semua tanamanku tumbuh subur.
Guruku benar, tanaman juga punya perasaan, kalau diberi cinta, dia
akan membalas dengan hal baik yang bisa diberikannya. Dia akan
menyenangkan hati orang yang memeliharanya.
Kalau saja manusia mau belajar dari alam, mau belajar dari tanaman,
semestinya tak ada orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan,
semestinya kalau diberi cinta, dia membalas dengan hal terbaik yang
bisa dia berikan.
Sayangnya tidak demikian. Sangat sedikit manusia yang punya kesantunan
sebaik itu, sangat langka manusia yang tahu bagaimana caranya membalas
kebaikan dengan kebaikan.
Sore ini, kulihat rumput hijau membasah setelah disiram, tampak segar,
tampak gembira karena aku menyiramnya dengan cinta dalam hatiku.
Bloggie, aku percaya telingamu selalu mau mendengarkan
kisah2ku yang kekanakan. Seperti bocah kecil yang matanya berbinar
sepulang sekolah, dengan segudang cerita yang tak pernah habis.
Tiba2 aku ingat suatu masa, ketika aku punya "buku harian hidup" yang
selalu mendengarkanku dengan sabar. Tapi ya itulah, kesabaran mungkin
ada batasnya. Dan di batas itulah, dia melangkah pergi....
Tak ada yang abadi, yang kemudian menjadi abadi adalah kenangan.
Selamat sore Bloggie, terima kasih telah membuka telingamu untuk mendengarkanku.

No comments:

Post a Comment