Dan kukira, hening memang tercipta untukku, menjadi temanku yang
berharga disaat aku tak berdaya berbuat apa-apa. Dialah yang
menemaniku, bersama bulir-bulir keringat bercucuran, bersama tubuh
yang terasa lungkrah tak bertenaga. Dialah yang ada disana,
mendorongku untuk memusatkan pikiran kepada Yang Maha Mencipta, kepada
Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Hening adalah temanku, disaat tak ada satupun sapa, tak juga satu kata
penyemangat dari satu saja manusia yang kuharapkan membuat aku
berbisik: "adamu, membuat aku berani menghadapinya".
Tidak, tak sepatah kata pun. Aku benar-benar ditinggalkan dan
dilupakan, di saat aku berada dalam ketakberdayaan yang akut.
Dan hanya hening itu sajalah temanku yang setia menemani, disaat yang
baik. Hanya dialah yang tetap ada di sampingku, pada saat aku sangat
membutuhkan semangat. Dialah yang berbisik "sabar....", dialah yang
mengirim kalimat "be strong....". Dialah yang kudengar bisiknya dalam
mimpiku: "pray for you, always beside you....".
Hening, dialah yang hadir menemaniku, melewati ribuan detik yang
terasa berjalan merambat. Dialah yang tak pernah mengecewakanku. Ada
di dekatku sepanjang waktu, di saat aku merenung, menelusuri hari-hari
masa lalu yang tampak begitu cerah dan penuh senyum.
Dialah yang tetap ada di dekatku, siap menyodorkan bahunya agar aku
bisa menumpahkan rasaku, dalam bening yang mengembun....
tulisan yang menarik bunda, sebagai perenungan juga. :)
ReplyDelete