Sore nanti saya akan kembali kesana, rumah besar yang tak banyak barang itu. Saya akan kembali mengajar dia, mengajar bahasa Indonesia kepada seorang warga negara asing.
Jujur, saya rindu padanya. Setiap pertemuan dengannya selalu seru, dan ramai, meskipun hanya setengah jam. Seru, karena saya jadi bicara bahasa Indonesia dengan pengantar bahasa Perancis. Ini lima kali lebih sulit daripada mengajar murid saya yang satu lagi, seorang Indonesia yang belajar bahasa Perancis.
Mengajar Abel -nama murid saya itu- membuat saya harus belajar lagi bahasa saya sendiri, bahasa Indonesia. Tidak mudah mengajarkan tata bahasa Indonesia. Saya memang menggunakannya setiap hari, tapi entah benar entah tidak tata bahasanya. Malu jadinya, dan memacu saya untuk belajar lagi.
Selain mengajar, sebetulnya saya juga belajar dari Abel.
Dia ini lucu, usianya 10 tahun, kelas 4 SD. Dia tidak bisa berkonsentrasi pada satu hal dalam jangka waktu lama. Makanya dia belajar hanya setengah jam, itupun sambil bermain, sambil jalan berkeliling.
Satu hal yang saya sukaI dari dirinya adalah bahwa dia santun dan berdisiplin tinggi. Kalau saya datang ke rumahnya, dia yang menjamu saya, mengambilkan minuman dan kue. Bukan ibunya. Ibunya malah berteriak menyuruh dia melakukannya.
Menurut ceritanya, setiap akhir minggu, dia yang mencuci semua perabot bekas makannya dan orangtuanya.
Dia tidur jam 8 malam dan bangun jam 4 pagi. Itu saatnya untuk membaca buku. Wogh, membaca, ketika banyak anak lebih akrab dengan gadget.
Sore-sore, dia terkadang main game di tablet, tapi lebih sering main kejar-kejaran dengan kucingnya.
Bagaimana saya tak senang dengan anak seperti itu. Lucu.
Sore ini saya akan bertemu lagi dengannya. Bulan lalu dia berlibur, pulang ke Paris.
Senang, saya akan mengajarnya lagi, dan akan belajar lagi, belajar bahasa saya sendiri, yang ternyata tidak mudah, juga belajar tentang murid saya, dari sikap dan perilakunya. Itu bisa jadi bekal, untuk diri saya sendiri, dan akan saya ceritakan kepada anak-anak saya, untuk bekal mereka juga.
Lihat sekitar, banyak orang yang bisa memperkaya batinmu....:)
Jujur, saya rindu padanya. Setiap pertemuan dengannya selalu seru, dan ramai, meskipun hanya setengah jam. Seru, karena saya jadi bicara bahasa Indonesia dengan pengantar bahasa Perancis. Ini lima kali lebih sulit daripada mengajar murid saya yang satu lagi, seorang Indonesia yang belajar bahasa Perancis.
Mengajar Abel -nama murid saya itu- membuat saya harus belajar lagi bahasa saya sendiri, bahasa Indonesia. Tidak mudah mengajarkan tata bahasa Indonesia. Saya memang menggunakannya setiap hari, tapi entah benar entah tidak tata bahasanya. Malu jadinya, dan memacu saya untuk belajar lagi.
Selain mengajar, sebetulnya saya juga belajar dari Abel.
Dia ini lucu, usianya 10 tahun, kelas 4 SD. Dia tidak bisa berkonsentrasi pada satu hal dalam jangka waktu lama. Makanya dia belajar hanya setengah jam, itupun sambil bermain, sambil jalan berkeliling.
Satu hal yang saya sukaI dari dirinya adalah bahwa dia santun dan berdisiplin tinggi. Kalau saya datang ke rumahnya, dia yang menjamu saya, mengambilkan minuman dan kue. Bukan ibunya. Ibunya malah berteriak menyuruh dia melakukannya.
Menurut ceritanya, setiap akhir minggu, dia yang mencuci semua perabot bekas makannya dan orangtuanya.
Dia tidur jam 8 malam dan bangun jam 4 pagi. Itu saatnya untuk membaca buku. Wogh, membaca, ketika banyak anak lebih akrab dengan gadget.
Sore-sore, dia terkadang main game di tablet, tapi lebih sering main kejar-kejaran dengan kucingnya.
Bagaimana saya tak senang dengan anak seperti itu. Lucu.
Sore ini saya akan bertemu lagi dengannya. Bulan lalu dia berlibur, pulang ke Paris.
Senang, saya akan mengajarnya lagi, dan akan belajar lagi, belajar bahasa saya sendiri, yang ternyata tidak mudah, juga belajar tentang murid saya, dari sikap dan perilakunya. Itu bisa jadi bekal, untuk diri saya sendiri, dan akan saya ceritakan kepada anak-anak saya, untuk bekal mereka juga.
Lihat sekitar, banyak orang yang bisa memperkaya batinmu....:)
No comments:
Post a Comment