"Anakmu bukanlah milikmu."
Sepenggal kalimat pendek dari tulisan Kahlil Gibran dalam buku The Prophet.
Sebuah tulisan yang mengingatkan bahwa anak adalah milik masa depan, yang
berbeda dengan masa yang dilalui orangtuanya. Mereka adalah anak panah yang melesat,
dan orang tua mereka adalah busur yang mantap.
Saya tak pernah bosan membaca tulisan itu,
reminder untuk tak memaksakan kehendak kepada anak-anak, tak mengharuskan
mereka mengikuti jejak langkah saya dengan cara yang telah saya lakukan. Saya
hanya perlu mengawasi agar mereka tetap melangkah di koridor yang benar, tapi
tak harus mengaplikasikannya tepat seperti saya.
Anak-anak, bagi saya, adalah cahaya
matahari yang terbit di pagi hari, warna jingga yang memberi harapan akan masa
yang akan datang. Binar mata mereka, tawa dan senyum mereka, serupa masa depan
cemerlang yang membentang di depan mata. Selalu menyenangkan berada di tengah
anak-anak.
Barangkali itulah yang mendorong saya untuk
menjadi partisipan di Kelas Inspirasi Bandung semenjak tiga tahun yang lalu.
Meski selama setahun hanya satu hari yang saya luangkan untuk memotret
wajah-wajah cerah mereka, rasanya cukup membuat saya terinspirasi. Memang,
selalu berulang, di hari inspirasi, sayalah yang terinspirasi, bukan mereka.
Kelas Inspirasi adalah kegiatan tahunan
dimana berbagai profesi berkumpul untuk berbagi kisah tentang profesi mereka
kepada anak-anak Sekolah Dasar di berbagai kota, dengan harapan bisa memberi
inspirasi kepada anak-anak itu bahwa profesi itu sungguh beragam, tak hanya
dokter, tentara atau polisi belaka, tapi ada juga beragam profesi lain yang
bisa diimpikan dan direalisasikan setelah mereka dewasa kelak.
Sesederhana itu. Tapi apabila dilakukan
oleh banyak orang yang berpikiran positif, maka hal seperti itu bukan lagi
sesuatu yang sederhana, tapi menjadi sesuatu yang besar.
Harapannya, anak-anak Indonesia akan memiki
impian yang mereka gantungkan setinggi bintang, untuk mereka capai setelah
mereka dewasa. Setelah hari inspirasi, anak-anak itu berangkat dengan impian
yang dihembuskan oleh ratusan bahkan ribuan orang yang perduli pada bangsa ini.
Semoga kelak ketika mereka dewasa, semakin banyak manusia Indonesia yang
melakukan berbagai kebaikan kepada sesama manusia, berbagi ilmu,
mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh untuk kemajuan bangsa ini. Manusia
yang bukan hanya memikirkan diri mereka sendiri, tapi juga berpikir untuk
memajukan banyak orang di sekitar mereka.
Manusia-manusia yang akan membuat orang tua
mereka berbisik diam-diam: "Hidupku tidak sia-sia...."
Semoga.
simple banget judulnya he
ReplyDeleteSetuju Mbak Viv, kalo kondisi tertentu pengen memaksakan keinginan kita sebagai orang tua jadi ingat dengan kalimat milik Kahlil Gibran.
ReplyDelete