Wednesday, July 20, 2016

Dua Meja Dua Dunia

Meja Kerja di rumah

Di rumah
Hari libur. Senja. Rinai hujan. Embun di jendela. Tirai warna pastel. Meja tulis kayu berpelitur warna tembaga. Secangkir teh hangat. Kenangan. Itu satu paket lengkap utuh yang memikat untuk satu hari paling membahagiakan. Adakah yang lebih mahal dari itu? Rasanya tidak. Saat-saat seperti itu tidak layak mendapatkan sisa waktu. Itu bukan waktu yang harus disisihkan, tapi waktu yang harus diperjuangkan.
Dan saya duduk di sana, di lantai atas rumah saya, di kursi kayu di depan meja, berusaha melihat ke luar jendela. Semula ingin menghapus bayang hujan yang ada di sana, tapi tak jadi, karena mengusapnya berarti memperjelas pandangan ke luar, padahal sesuatu yang samar-samar selalu melangitkan imajinasi, ke masa depan dan ke masa lalu, lalu berpendar menjadi kumparan ide di benak, yang berdesakan ingin segera dituangkan menjadi cerita harian di rumah maya. Blogging....
Saatnya saya meronce aksara dan mendawai kata.

Inilah seasli-asli diri saya. Introvert. Senang bertemu orang lain, suka memiliki banyak teman, tapi ada saatnya saya merasa letih, butuh waktu untuk menyendiri, mengisi kembali tabungan energi yang sudah menipis. Bagaimana caranya? Yaitu tadi, mencari waktu berkualitas untuk menenggelamkan diri dalam deretan huruf, atau mengeluarkan kamera model klasik yang semula digunakan oleh pak Fendi, abang saya, dan sekarang menjadi sahabat yang menemani saya kemana-mana. 
Menulis dan memotret, bagi saya sama saja, adalah cara saya meneropong hati dan menuangkan rasa jadi cerita. Tulisan dan foto, keduanya sama saja, sarat cerita, rekaman pengalaman untuk disimpan jadi kenangan. Kelak, saat membaca ulang tulisan atau melihat foto-foto itu lagi, membuat saya kembali berlayar ke masa lalu, lengkap dengan suasana dan rasa yang menyertainya. Utuh.

Maka, meja tulis adalah teman baik saya di rumah, yang menjadi hangat karena menjadi alas dari netbuk dan secangkir teh panas. Ini meja yang terletak di samping lemari buku tinggi, memudahkan saya untuk mengakses sumber bacaan yang bisa menjadi bahan tulisan-tulisan saya.
Meja kayu jati warna tembaga, yang menjadi saksi bahwa mata saya kerap berkabut atau senyum saya kadang mengembang saat saya menuliskan sesuatu. 
Meja yang menghadirkan dunia mungil yang menyenangkan dan membahagiakan, meski saya hanya diam di rumah, tak bepergian kemana pun juga.


Meja kerja di kantor


Di kantor
Dunia saya yang lainnya adalah dunia kerja. Working mom. Kerja keras, kerja cerdas.
Sejak 5 bulan lalu saya bekerja kembali, kerja kantoran yang terkadang membuat saya merasa telah berlaku semena-mena. Ya iyalah. Pada awalnya, saya bekerja paruh waktu, hanya 4 jam setiap harinya. Enak kan?  Lalu sejak bulan lalu jadwal kerja saya berubah, tetap paruh waktu, dipadatkan menjadi 8 jam kerja setiap harinya, tapi hanya 3 hari, Selasa, Rabu, Kamis. Alhamdulillah, nikmat mana lagikah yang hendak kau dustakan? :). Harus disyukuri. Harus.
Saya bekerja di dua tempat yang bernaung di dalam satu tempat. Bingung 'kan? Iya, yang satu adalah perusahaan Vox Teneo yang bergerak di bidang Teknologi Informasi, dan satunya lagi Altissia, e-learning, program belajar bahasa online.
Inilah meja tulis saya di kantor, yang melihat kepribadian saya terpaksa berubah, dari introvert yang senang sendirian di rumah, menjadi seseorang yang harus bisa say hello sana sini bertegur sapa. Kalaupun tidak di dunia nyata, setidaknya harus begitu di dunia maya. Lha iyalah, setiap hari duduk di depan meja, menghadap laptop, terhubung sana sini via Skype, via e-mail, via segala macam kecanggihan teknologi yang bisa menghubungkan kemana saja kepada siapa saja. 
Dunia yang totally berbeda dengan dunia saya di rumah, dimana saya belajar tentang marketing dari teman sebangku saya. Dunia networking.

Itu dua meja, teman-teman saya, yang menyaksikan hidup keseharian saya.Terkadang lucu mengingat dua dunia dimana saya berada setiap harinya. Dunia yang berbeda, yang membentuk saya menjadi saya yang sekarang, yang hidup di antara kesendirian dan keharusan untuk bersosialisasi.

5 comments:

  1. Sepertinya lebih nyaman meja di rumah ya mbak, depan jendela. Terbayang kalau pagi hari jendela dibuka, udara masuk segeeeer

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kalau di rumah bisa semena-mena, hehe

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. Cerita yang mengesankan . dan foto-foto yang indah .... Suka dan Like, .... salam dan sukses Bik Vive

    ReplyDelete
  3. Eh salah ketik Dik Vive bukan Bik Vive...

    ReplyDelete