Lebaran Bandung 2016 |
Ini catatan kejar tayang, yang semestinya diunggah sebelum lebaran. Karena baru ditulis sekarang, maka jadinya flashback dari lebaran kali ini.
Berusaha untuk tetap tenang ketika semua orang hiruk pikuk ternyata tidak ada gunanya. Karena mau tidak mau kita terpaksa mencebur dalam keriuhan hari raya yang sudah membudaya, setidaknya ketika itu berkaitan dengan orang lain. Di rumah, saya bisa santai-santai saja, tapi ketika hadir dalam acara lebaran yang bukan di rumah? Mau tidak mau harus terlibat, harus mencebur, ikut sibuk, ikut menyiapkan, ikut memakan makanan yang tidak biasa dimakan.
Kuwe rasa keju yang nyemnyem itu :} |
Maka lebaran memang selalu berarti ketupat dan opor, atau ketupat ketan dan rendang daging. Maka lebaran adalah sarat dengan makanan bersantan, adalah toko pakaian dengan antrian panjang di malam takbiran, adalah travel dengan harga sekian puluh ribu lebih mahal, adalah letihnya perjalanan untuk bisa bertemu dengan sanak saudara.
Keponakan2 yang lucu2 |
Ya, pertemuan dengan keluarga dan saudara yang tinggal berjauhan memang jarang terjadi. Dan bagi saya, ini yang lebih menarik ketimbang merusak program diet dengan makanan legit. Banyak hal yang didapat dengan ngobrol bersama kerabat dan menjadi "pengamat". Selalu ada yang didapat dengan menjadi pemerhati. Setidaknya ketika lebaran kemarin, saya jadi tahu bahwa si A bersikap tidak perduli selama ini karena dia punya masalah pribadi yang berat, jadi tahu bahwa si B sesungguhnya adalah pembicara hebat (sampai-sampai saya ngantuk mendengarkan dia tak berhenti bicara tentang dirinya, hehehe). Saya jadi paham bahwa seorang kerabat yang tinggalnya di ujung dunia adalah teman ngupi yang mengasyikkan untuk ngobrol masalah kehidupan. Lebaran adalah saatnya saya tahu bahwa keluarga saya itu ternyata penggembira dan tetap punya kegembiraan kanak-kanak sampai tua, keriangan yang tidak dimiliki oleh semua keluarga. Artinya lebaran juga membuat mata saya terbuka untuk mensyukuri keberadaan orang-orang di sekitar saya.
Lebaran Bogor 2016 |
Hmm, apa lagi? Lebaran adalah bahu membahu berbagi tugas dengan anak karena si mbak tidak bekerja. Dan karenanya, kemarin pagi saya kembali ke halaman depan rumah, mengambil sapu lidi, menyapu dedaunan coklat yang berjatuhan dari pohon besar di pinggir jalan.
Dulu, setiap kali saya menyapu halaman dan membersihkan rumput dari benalu, saya selalu teringat bahwa hati itu serupa kebun, harus rajin dibersihkan supaya benalunya tidak semakin banyak, harus rajin disiram supaya tetap segar, dan diberi pupuk supaya sehat.
Lebaran, adalah saat yang tepat untuk refleksi diri, untuk menyapu hati dari daun-daun kemarahan dan kebencian yang berguguran, membersihkan pikiran dari benalu prasangka dan pikiran buruk, memupuknya dengan maaf.
Sesungguhnya yang terpenting bukanlah hari lebaran yang merupakan saat pembersihan diri. Itu hanya pintu, untuk menjalani 11 bulan ke depan. Tinggal memilih, akan melangkah maju ke depan menjadi lebih baik, atau mundur ke belakang. It's all up to you, silahkan menimbang sendiri.
Selamat merayakan hari kemenangan....:)
selamat lebaran, maaf lahir batin....
ReplyDeleteSama-samaaa, meskipun kenal di dunia maya, peluang bikin kesalahan selalu ada, siapa tahu saya nyinyir, hehe.
DeleteSuka banget dengan foto yang bawa kipas itu, kompak dan atraktif :)
ReplyDeleteTerima kasih apresiasinya ya.
Delete