
Kamu tahu Bintang, adamu malah membuatku tak sabar menunggu malam, membuatku tak mau menanti kelam. Aku merindumu, kangen mendongakkan kepala ke langit, mencari sepercik cahaya yang akan memanduku melangkahi jalan kehidupan. Sinar yang -meski samar- kusyukuri sebagai sahabat hati, ketika aku melangkah sendiri tanpa seorang pun di sebelahku.
Bintang, rembang petang sudah berlalu, gelap mulai melingkung, derik cengkerik terdengar di kejauhan.
Kamu dimana? Aku menanti hadirmu di sini. Bersama cahayamu yang sederhana, aku rela melangkah dalam gulita.
No comments:
Post a Comment