Ini keterlaluan. Saya jarang menulis, di sini. Ya, di sini, karena di tempat lain saya masih menulis hal-hal pribadi, hanya saya bagikan kepada kalangan yang sangat terbatas, satu orang saja yang saya anggap sebagai buku harian hidup. Menulis di sana saya anggap sebagai pembiasaan agar saya tidak berhenti menulis, supaya jemari saya tidak kaku, dan supaya saya tidak berharap agar tulisan saya dibaca dan dihargai banyak orang. Kalau diluncurkan kepada publik, harapan seperti itu terkadang muncul dalam hati.
Minggu lalu adalah minggu hiruk pikuk. Rasanya saya sibuk luar biasa. Pesta nikahan seorang kerabat, workshop penulisan blog, bertemu dengan beberapa teman blogger, ke dokter, undangan nikahan rekan kantor, nonton dengan anak-anak, belanja ke toko favorit. Pantaslah kalau saya tak punya cukup waktu untuk menulis di sini.
Itu cuma alasan? Jujur saja: iya. Selalu ada alasan untuk tidak melakukan sesuatu hal, padahal alasan sesungguhnya jelas: karena tidak menjadi prioritas, merasa bahwa itu bukan sesuatu yang penting untuk dilakukan, atau kalaupun penting, maka ada yang lebih penting dari itu.
Apakah menulis blog tidak penting bagi saya? Penting kok. Bagaimana dibandingkan dengan pekerjaan saya di kantor? Yaaah, saya harus mendahulukan pekerjaan kantor, karena itu ‘kan memberi penghasilan tetap untuk saya. Bagaimana dibandingkan dengan memotret, kegemaran yang membuat saya terpesona itu? Nah, untuk memotret saja pun sekarang saya lebih sering pakai ponsel dengan alasan kepraktisan dan mengurangi waktu memindahkan isi memory card ke laptop. Hmm, berarti saya memang sudah memangkas waktu saya untuk hal-hal yang lebih praktis.
Memotret masih saya lakukan. Selain itu saya juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang saya sukai. Eh, memangnya ngeblog nggak disukai gitu? Ck, bandel. Dari tadi ‘kan sudah saya katakan, saya suka ngeblog, senang, bikin saya gembira. Tapi ngeblog ini tanggung jawabnya hanya kepada diri saya sendiri, sementara pekerjaan-pekerjaan lain terkait juga dengan orang lain (kecuali motret) dan berarti itu harus lebih saya dahulukan.
Memangnya berapa lama sih kalau nulis satu postingan blog? Kok kaya berat amat menyisihkan waktu untuk itu?
Menulisnya sebentar. Kalau pas ada ide langsung dituliskan, setengah sampai satu jam maksimal sudah selesai, pakai ponsel kuno yang saya cintai karena masih menggunakan keypad, lalu dikirimkan ke ponsel Android, sebetulnya bisa langsung diunggah ke WordPress. Selebihnya adalah karena saya senang menghias dan merias, memilih foto dari stock foto yang ada, yang pas dengan tulisan. Kalau merasa tak ada yang pas, ya motret dulu, edit sedikit biar rapi, dibuat menjadi title atau hanya begitu saja.
Nah ‘kan ketahuan, ternyata yang menghambat saya untuk produktif menulis adalah sok perfeksionis, imajinasi dan daya kreatifnya suka berlebihan. Saya bukan tak ada waktu untuk menulis di sini, tapi tak punya cukup waktu untuk membuatnya jadi sesuai dengan yang ada di benak saya.
Padahal, Nokia E63 jadul itu sudah sangat bisa diandalkan untuk menulis setiap waktu, sambil bobo-boboan, sambil nunggu orang, sambil istirahat setelah jalan pagi dan hunting foto, di setasiun kereta api, di mana-mana.
Jadi sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak menuangkan ide menjadi postingan blog. Yang perlu sedikit saya turunkan adalah keinginan untuk tampilan postingan yang sangat baik. Sudahlah, cukup baik saja, tak usah terlalu baik. Belajar berpuas diri ya bu, supaya tak merasa dikejar-kejar keharusan menulis. Menulis itu kesenangan, bukan keharusan, begitu ‘kan?
No comments:
Post a Comment