Wednesday, October 19, 2016

Keuken #6 : Catatan yang tertinggal

Bermula dari info yang diluncurkan seorang teman di grup chat whatsapp, Keuken sudah menjadi tujuan saya hari minggu kemarin. Alasannya sederhana, kata Keuken mengingatkan akan ibu saya. Pasti bahasa Belanda, mungkin artinya cooking. Pokoknya pasti event festival makanan yang mengasyikkan. Alasan kedua, karena festival makanan ini akan digelar di Apron Bandara, tempat yang sulit diakses di hari biasa, sudah lama saya ingin mengabadikan area bandara dan pesawat terbang, yang selama ini hanya bisa diambil dari kejauhan dan sama sekali tidak memuaskan.
Dugaan saya tentang arti kata Keuken ternyata salah, belakangan saya ketahui bahwa keuken berarti kitchen, dan betul, bahasa Belanda.
Maka berangkatlah saya ke sana di hari minggu siang itu. 
Tepat seperti dugaan saya. Tempatnya menyenangkan, tak jauh dari "tempat parkir" pesawat yang berderet di kejauhan, menjadi latar yang cantik untuk mereka yang gemar berfoto selfie.
Penataan setiap tenant juga menarik, dengan properti yang kebanyakan dari kayu peti kemas dari pinus yang berwarna kekuningan. Ragam makanan? jangan ditanya. Minuman, makanan dengan berbagai nama ini itu bertebaran. Saya malah lebih senang menemukan "nama-nama lama" seperti Suis Butcher atau Roti Gempol yang mengingatkan saya akan Bandung di masa 80-90 an. Mereka itu yang masih bertahan sampai sekarang.
Panas matahari tidak menghalangi para pendatang untuk hadir di food festival Keuken #6. Pokoknya, selama seharian penuh, Keukeun menawarkan satu kawasan yang tidak biasa, yang membuat saya betah memotret suasana sekitar. Rasanya ini bukan di Bandung, tapi setengah di Eropa, dengan meja-meja panjang semodel komik Asterix, berlatar area bandara dengan banyak pintu-pintu yang dipakai pengunjung sebagai latar foto.Bagi saya, lumayan banget, beberapa jam tercerabut dari Bandung yang biasa-biasa saja, ke tempat yang "seperti bukan Bandung". Lalu apa yang saya dapatkan dari Keuken? Seperti biasa, foto-foto suasana food festival yang saya rekam dengan kamera saku kesayangan saya.
Dengan harapan suatu hari nanti, di kota tercinta ini akan pernah ada juga festival makanan yang "lokal punya", mungkin jajanan pasar banget, tradisional banget, ndeso banget, tapi asli Indonesia, bukan diimport dari luar, lalu dibudayakan di negeri ini. Mungkin bisa digelar dengan nama "Dapur" atau apapun, kata yang sangat Indonesia.

No comments:

Post a Comment