Tuesday, October 18, 2016

Manusia Rumah

Rumah, bagi saya adalah tempat paling nyaman sedunia, tempat istirah, tempat segala yang saya rasakan, tempat saya bisa seenaknya menjadi diri saya yang sesungguhnya. Tidak pernah memaksa saya untuk tampil bergaya dan bertopeng seperti bila saya pergi ke gedung menghadiri undangan.
Rumah adalah tempat tinggal, tempat saya menghabiskan waktu terbanyak, tempat berlama-lama menikmati hijau dedaunan, bercakap dengan kura-kura kecil, dengan kucing-kucing, tempat saya menangis dan tersenyum. Pokoknya, rumah itu “cool” banget bagi saya.
Berpikir tentang rumah, saya jadi berpikir juga tentang sifat-sifat rumah, seperti yang saya gambarkan tadi. Kayanya kalau mau lebih seksama memperhatikan, di antara orang-orang yang melintas dalam kehidupan saya, ada juga jenis-jenis orang yang sifat dan sikapnya mirip rumah. Dan sayangnya, orang dengan kepribadian model begitu sangat sulit didapat, hanya satu dua saja diantara ribuan orang.
Lha, gimana nggak langka? Di masa kini, ketika dunia rasanya lebih hiruk pikuk gak karuan, lebih berorientasi pada mulut daripada telinga, anda menemukan seseorang yang membuat anda merasa nyaman berbicara, orang yang bisa diajak ngobrol dengan tenang ketika anda merasa letih menghadapi orang-orang yang “emberwan” dan “emberwati”. Persis seperti rumah yang merupakan tempat istirahat.
Gimana perasaan anda, saat berjumpa dengan seseorang yang bukan hanya mendengar, tapi juga “mendengarkan” anda. Jelas, bahwa kegiatan mendengarkan itu dua puluh kali lebih sulit daripada sekedar mendengar. Maka kalau anda menemukan orang yang berkemampuan seperti itu, jangan disia-siakan, silahkan curhat. Orang seperti ini tidak akan banyak menilai, jadi ketika anda sedih maupun gembira, biasanya dia akan tetap mendengarkan.
Tidak ada seorang pun yang tidak senang, saat diterima apa adanya, ketika dia boleh menjadi dirinya sendiri, dengan seluruh kekurangannya, ketika dia merasa tetap disayang padahal dia lemah, telmi, mungkin cengeng, mungkin penyedih, mungkin pemarah, mungkin pencemas, mungkin bla bla bla dan sekian ratus kekurangan yang menjengkelkan lainnya. Ketika dia yakin bahwa dia tidak akan melulu disalahkan dan dimarahi.
Sure, dijamin, pastinya anda senang bertemu dengan orang yang penuh penerimaan seperti itu.
Pokoknya, seseorang dengan kriteria seperti rumah, seorang “manusia rumah” adalah seseorang yang seperti sudah saya bilang tadi: ”cool banget”.
Masalahnya adalah bahwa kebanyakan orang justru bukan “manusia rumah”. Saya berani bertaruh, di sekitar anda, di sekitar saya, di sekitar kita, lebih banyak “manusia toko” yang tampil dengan etalase full aksesoris untuk dipamerkan kepada dunia, mirip toko berjalan. Mungkin ada juga “manusia pasar” yang tempat kegemarannya adalah keramaian serta tempat-tempat hiruk pikuk lainnya. Dan yang kasihan adalah “manusia radio”, yang hobbynya ngobrol sana-sini, sedapat mungkin siaran tentang dirinya sendiri, tuh awal kalimatnya selalu: “Saya sih....”. Baginya, tidak ada waktu untuk mendengarkan orang lain.
Kalau anda bertemu dengan manusia radio ini, tolong jangan pernah bermimpi akan pernah bisa curhat kepadanya. Anda cuma bermimpi. Ketika anda baru membuka mulut, dia sudah bicara satu kilometer....
Temans, saya sudah lama mencari “manusia rumah” tadi, ingin berjumpa, ingin mengenalnya lebih dekat, sangat ingin menjadi sahabatnya. Sampai suatu pagi saya teringat kalimat “Kalau ingin banyak teman, jadilah teman”. Maka saya berhenti mencari “manusia rumah”. Ah, kenapa harus pergi mencari? Kenapa tidak coba untuk “menjadi”?

No comments:

Post a Comment