Sepanjang kehidupan, saya punya banyak guru. Di sekolah formal pastilah banyak sekali karena saya bersekolah cukup lama, lebih dari 15 tahun. Di luar sekolah formal, saya ikut kursus ini itu, ikut berbagai aktifitas yang dipandu oleh mentor atau ustadz atau apapun namanya, itu pun saya sebut guru. Yang lebih luas lagi, siapa pun yang melintas dalam kehidupan saya, meninggalkan kenangan baik atau luka, itu juga guru yang membuat saya seperti adanya sekarang.
Dari sekian banyak guru, beberapa diantaranya saya ingat dengan cukup baik, karena bertemu tak hanya sekali tapi berkali-kali atau seringkali, dan mengajarkan pada saya hal-hal yang sangat bermanfaat yang bisa saya terapkan dalam hidup keseharian, bertahun-tahun setelah saya tak lagi belajar kepadanya atau telah belajar hal lainnya.
Satu di antaranya adalah ustadz baik hati yang suaranya kerap saya dengar di radio, ustadz Aam Amiruddin. Saya ikut beliau (ikut? Saya yakin ada kata yang lebih baik) sejak sekitar tahun 1999, sebelum anak saya yang kedua lahir. Awalnya diberitahu oleh seorang murid saya. Dia memberi info tentang tausyiah ustadz Aam di sebuah stasiun radio. Dan saya mulai mendengarkan setiap pagi, sambil mencuci pakaian dan menyiapkan sarapan. Terkadang saya menelepon di sesi tanya jawab, dan selalu mendapatkan jawaban yang baik berdasarkan alqur`an dan sunah rasul.
Kemudian saya dengar pak Aam menyelenggarakan pengajian mingguan, letaknya tak jauh dari rumah saya. Maka setiap hari minggu, saya berangkat ke sana, bukan karena saya murid yang rajin, tapi karena saya ingin dapat tempat di dalam masjid, di bagian depan, supaya pak guru bisa kelihatan. Hmh kultus individu :)
Ketika Yayasan Percikan Iman mengadakan kelas kajian di Setrasari Mall, saya ikut masuk kelas. Bersyukur bahwa saya bekerja paruh waktu di lembaga kebudayaan Perancis sehingga bisa mengatur waktu untuk tetap ikut kelas kajian. Ketika yayasan Percikan Iman pindah ke tempat lain, saya ikut juga sampai kemudian pindah ke tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal saya, dan saya disibukkan dengan pekerjaan dan banyak hal lain. Sejak saat itu saya tak lagi duduk di kelas kajian, ke majelis mingguan pun agak jarang. Yang masih lumayan adalah mendengarkan tausyiah ustadz Aam di radio. Yaaaah daripada tidak semuanya. Lumayanlah. Alhamdulillah.
Banyakkah ilmu yang saya dapatkan dari pak guru ini? Banyak, pake banget. Di kelas-kelas kajian, saya mendapatkan banyak sekali ilmu, yang paling saya ingat adalah kelas Riyadhus Shalihin. Itu dua buku tebal favorit saya yang diuraikan lagi oleh ustadz Aam. Isinya tentang kehidupan sehari-hari, sangat aplikatif. Saya ingat ucapan ustadz Aam: "kalau Anda menjalankan isi buku itu, hidup Anda akan selamat". Dan saya tahu, tidak mudah menerapkannya dalam kehidupan, meskipun kita tahu sesuatu itu baik dan benar.
Saya suka belajar dengan ustadz Aam Amiruddin, karena penjelasannya logis, landasannya jelas, uraiannya masuk akal, dan selalu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan baik, bukan hanya mengetahui teori.
Sekali waktu, sepulang beliau dari tanah suci, beliau mengirimkan pesan singkat, meminta saya untuk datang ke yayasan. Ternyata beliau membawakan saya terjemah alqur`an berbahasa Perancis yang sudah lama saya inginkan (beratnya lebih dari satu kilogram, heee). Beliau ingat bahwa saya pernah cerita kesulitan mendapatkan terjemah alqur`an tersebut ketika pergi umrah dulu.
Hmm, bagi saya, bapak guru ini guru beneran, guru yang membagikan ilmunya, menginginkan orang menjadi pandai. Saya ingat beliau pernah berkata, lebih dari sepuluh tahun lalu: "belajarlah dari banyak guru, jangan hanya kepada saya, supaya ada perbandingan, supaya bisa melihat dan mendapat banyak ilmu. Kalau Anda belajar dari banyak guru, Anda pasti akan lebih pandai dari saya".
Ustadz Aam itu guru saya, teman baik saya juga, seseorang yang memberi saya banyak ilmu, dan juga memberi saya banyak buku yang ditulisnya. Semoga beliau diberi kesehatan lahir batin, semoga diberi usia yang bermanfaat, dan cahaya kebajikan.
Semoga saya juga bisa memanfaatkan semua ilmu yang telah diberikan oleh beliau, dan bisa meneruskannya juga kepada orang lain. Dengan cara yang sederhana (gak pake infocus seperti beliau :D). Aamiin YRA.
Dari sekian banyak guru, beberapa diantaranya saya ingat dengan cukup baik, karena bertemu tak hanya sekali tapi berkali-kali atau seringkali, dan mengajarkan pada saya hal-hal yang sangat bermanfaat yang bisa saya terapkan dalam hidup keseharian, bertahun-tahun setelah saya tak lagi belajar kepadanya atau telah belajar hal lainnya.
Satu di antaranya adalah ustadz baik hati yang suaranya kerap saya dengar di radio, ustadz Aam Amiruddin. Saya ikut beliau (ikut? Saya yakin ada kata yang lebih baik) sejak sekitar tahun 1999, sebelum anak saya yang kedua lahir. Awalnya diberitahu oleh seorang murid saya. Dia memberi info tentang tausyiah ustadz Aam di sebuah stasiun radio. Dan saya mulai mendengarkan setiap pagi, sambil mencuci pakaian dan menyiapkan sarapan. Terkadang saya menelepon di sesi tanya jawab, dan selalu mendapatkan jawaban yang baik berdasarkan alqur`an dan sunah rasul.
Kemudian saya dengar pak Aam menyelenggarakan pengajian mingguan, letaknya tak jauh dari rumah saya. Maka setiap hari minggu, saya berangkat ke sana, bukan karena saya murid yang rajin, tapi karena saya ingin dapat tempat di dalam masjid, di bagian depan, supaya pak guru bisa kelihatan. Hmh kultus individu :)
Ketika Yayasan Percikan Iman mengadakan kelas kajian di Setrasari Mall, saya ikut masuk kelas. Bersyukur bahwa saya bekerja paruh waktu di lembaga kebudayaan Perancis sehingga bisa mengatur waktu untuk tetap ikut kelas kajian. Ketika yayasan Percikan Iman pindah ke tempat lain, saya ikut juga sampai kemudian pindah ke tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal saya, dan saya disibukkan dengan pekerjaan dan banyak hal lain. Sejak saat itu saya tak lagi duduk di kelas kajian, ke majelis mingguan pun agak jarang. Yang masih lumayan adalah mendengarkan tausyiah ustadz Aam di radio. Yaaaah daripada tidak semuanya. Lumayanlah. Alhamdulillah.
Banyakkah ilmu yang saya dapatkan dari pak guru ini? Banyak, pake banget. Di kelas-kelas kajian, saya mendapatkan banyak sekali ilmu, yang paling saya ingat adalah kelas Riyadhus Shalihin. Itu dua buku tebal favorit saya yang diuraikan lagi oleh ustadz Aam. Isinya tentang kehidupan sehari-hari, sangat aplikatif. Saya ingat ucapan ustadz Aam: "kalau Anda menjalankan isi buku itu, hidup Anda akan selamat". Dan saya tahu, tidak mudah menerapkannya dalam kehidupan, meskipun kita tahu sesuatu itu baik dan benar.
Saya suka belajar dengan ustadz Aam Amiruddin, karena penjelasannya logis, landasannya jelas, uraiannya masuk akal, dan selalu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan baik, bukan hanya mengetahui teori.
Sekali waktu, sepulang beliau dari tanah suci, beliau mengirimkan pesan singkat, meminta saya untuk datang ke yayasan. Ternyata beliau membawakan saya terjemah alqur`an berbahasa Perancis yang sudah lama saya inginkan (beratnya lebih dari satu kilogram, heee). Beliau ingat bahwa saya pernah cerita kesulitan mendapatkan terjemah alqur`an tersebut ketika pergi umrah dulu.
Hmm, bagi saya, bapak guru ini guru beneran, guru yang membagikan ilmunya, menginginkan orang menjadi pandai. Saya ingat beliau pernah berkata, lebih dari sepuluh tahun lalu: "belajarlah dari banyak guru, jangan hanya kepada saya, supaya ada perbandingan, supaya bisa melihat dan mendapat banyak ilmu. Kalau Anda belajar dari banyak guru, Anda pasti akan lebih pandai dari saya".
Ustadz Aam itu guru saya, teman baik saya juga, seseorang yang memberi saya banyak ilmu, dan juga memberi saya banyak buku yang ditulisnya. Semoga beliau diberi kesehatan lahir batin, semoga diberi usia yang bermanfaat, dan cahaya kebajikan.
Semoga saya juga bisa memanfaatkan semua ilmu yang telah diberikan oleh beliau, dan bisa meneruskannya juga kepada orang lain. Dengan cara yang sederhana (gak pake infocus seperti beliau :D). Aamiin YRA.
Salam hormat, pak guruuu....
No comments:
Post a Comment